Prepare, deh, kaya nya

19 16 13
                                    

"Iya, Ibu kasih izin, ga?"

Bukan menjawab, Gilda bersedekap dada di depan kedua remaja sebaya itu. "Sama siapa dulu?"

Nabila menatap Amel, sedangkan yang di tatap mengangkat bahu nya. "Ya kita berempat, sama ada cowok nya juga."

Tatapan Gilda langsung berubah menjadi memincing. "Siapa?"

"Ada Rafka, Bu, ada pacar nya Amel, pacar nya Silvi, sama satu lagi mantan pacar nya Lailil."

Amel membelalak. "Bukan pacar gue!"

"Ibu tau ke Gunung lawu itu emang seru, tapi ga boleh macem-macem, lho! Niat nya cuma liburan, lho, yah."

Nabila menatap Amel dengan tatapan berbinar dan tersenyum lebar. "Di izinin?"

Ibu nya mengangguk. Namun senyuman lebar nya seketika meluntur saat mengingat, jika Ayah nya tak akan memberi nya izin begitu saja, seperti nya ia butuh Rafka.

"Yaudah, deh, Bil, gue balik deh, aku pulang dulu, Tan!" pamit nya, setelah berdiri lalu menyalimi punggung tangan Gilda terlebih dahulu.

"Iya, lari yah tadi?"

Amel dengan santai nya menyengir sambil mengangguk. "Iya, hehe, pulang yah, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Nabila dan Ibu nya menatap kepergian Amel dari kawasan rumah nya. Setelah lunggung Amel sudah terlihat jauh, Nabila kembali menatap Ibu nya.

"Izin ke Ayah nya, gimana?" bisik nya.

Gilda menunduk, ia mengangkat bahu nya, lalu meninggalkan Nabila sendiri di kuar rumah. Nabila merengut kesal, inti nya besok ia harus berhasil mendapat izin. Harus.

••

Bangun tidur, Silvi langsung di buat bingung karena rumah nya sudah sepi, sekitar pukul 08.00 pagi ia baru mandi dam setelah itu ia baru sarapan.

Usai melakukan itu semua, dia pun duduk di bangku teras rumah nya dengan tatapan kebingungan, melihat sebuah paper bag yang berada di atas meja teras, untung terdapat sticky note disana.

Ayah Ibu lo lagi keluar bareng Mama Papa, kalo ga mau sendirian ke rumah aja - El.

Silvi membuka handphone nya dan langsung mencari kontak El untuk di telpon nya.

"Baru bangun?"

"Heem, ini dalem paper bag ada apa?"

"Kebiasaan, di buka."

"Haduhh, jangan di matiin deh."

Silvi mengapit handphone nya di antara bahu dan telinga nya, kedua tangan nya sibuk membuka paper bag yang tak lain tak bukan dari sepupu nya itu.

"Susu uht?"

"Hm."

"Tumbenan lo anjir."

"Bang Sat abis borong ga di abisin."

"Gue ga terlalu suka susu uht, El."

"Inti nya udah gue kasih."

"Ah! Lo mah."

"Ke rumah, gih."

"Emang lo kasih apa kalo gue ke rumah lo?"

"Oksigen."

"Kalo di rumah gue juga ada kalo itu mah."

"Ngeselin, gausah dateng deh lo, mau main billiard sama Kak Adib."

"LHO? Ayang gue disana?"

"Boong."

"Asu lo, sepupu siapa sih!"

[✓] 💭. fri(end)ship ㅡ re-uploadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang