bab 1

295 56 2
                                    

Cerita ini adalah karya fiksi.
Apabila ada kesamaan tokoh, agama, organisasi, dan jalan cerita adalah unsur kebetulan karna karya fiksi ini murni dari hasil pikiran saya sendiri.



























[untuk memudahkan imajinasi, ini ilustrasi ran dengan kuncir satu]

[ilustrasi dibuat dengan web picrew, and big thanks to my rl friend karna sudah membantu menambahkan highlight di bagian rambut]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ilustrasi dibuat dengan web picrew, and big thanks to my rl friend karna sudah membantu menambahkan highlight di bagian rambut]






































Nabastala biru, surya menyinari, awan menghiasi.

Pemuda surai panjang yang dikuncir, berdiri sendiri tatap nisan. Hati rapalkan doa untuk sang ibu. Tak lupa, tinggalkan buket bunga disampingnya.

Netra menerawang jauh, menatap lurus ke arah depan. Menghela nafas rendah, dan kemudian pergi tinggalkan makam.


Dia tidak ada.


Sang empu bermarga Haitani, mengayun kaki jenjang menapaki trotoar. Tatapan kosong, dan isi pikiran penuh. Ia kembali bertanya, dimana pemuda itu?

Berapa kali pun ia mengunjungi makam, ia tak pernah bertemu pemuda itu lagi.

Tidak mungkin Ran harus mencarinya di makam bukan? Pemakaman tersebut luas, dan Ran tidak punya tenaga sebesar itu untuk mengitarinya.


Mungkin lain kali.



Batin kembali berharap, sekalipun kecil kesempatan.













Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














"Terima kasih." Sang empu berkata.

Netra lembayung menatap netra lain di hadapan. Seorang perempuan tengah berdiri di hadapan Ran. Raut gelisah terpatri pada wajah ayu sang perempuan.

pulang :: rantakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang