bab 5

163 39 4
                                    

Cerita ini adalah karya fiksi.
Apabila ada kesamaan tokoh, agama, organisasi, dan jalan cerita adalah unsur kebetulan karna karya fiksi ini murni dari hasil pikiran saya sendiri.










































Senja tak lupa sambut seluruh mahasiswa serta mahasiswi dengan kelas yang baru selesai.

Pemuda lembayung mencuri pandang pada sang safir, berniat mengajaknya pulang bersama, lagi. Lembayung perhatikan Takemichi selesai membereskan barang kepunyaannya, "Hana―

"Michi..!" Seruan dari arah pintu kelas buat seluruh atensi mahasiswa/i yang masih berada di dalamnya beralih ke orang tersebut.

Itu Seishu. Pemuda dengan netra emerald indah serta wajah tampan miliknya, memanggil Takemichi dengan baritone khasnya. Disamping Seishu, sang surai blonde undercut melambaikan tangan untuk menarik perhatian pemuda safir.

"Sebentar!" Takemichi berseru menyuruh menunggu.

Safir menatap lembayung, sebelumnya Takemichi mendengar Ran hendak mengajaknya berbicara. "Kenapa, Ran?" Menanyakan Ran alasan ia memanggil Takemichi.

Belum sempat menjawab, Seishu memasuki kelas. Berdiri di samping Takemichi, dan emerald mengintimidasi lembayung. Memberi tatapan yang Ran yakini menyerukan bahwa ia tidak boleh pulang bersama Takemichi.

"Gak kok, gak jadi." Ran terkekeh canggung setelahnya.

"Tapi tadi―

"Ayo, Michi. Kita pulang." Seishu menarik lengan pemuda.

Ran melambai kecil, mengisyaratkan tidak apa apa kepada Takemichi. Emerald bersinggungan dengan lembayung sekali lagi, masih dengan tatapan tajam. Ran disana beri pandangan heran, apa Ran ada berbuat salah padanya?

Sanzu bergerak mendekat, menepuk pundak pemuda. "Lo kurang cepet." Ujarnya.

Ran berdecak jengkel, "Berisik ah."

Sedang Sanzu disana terkikik geli kala lihat ekspresi kesal pemuda netra lembayung tersebut.










Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Surya pamer akan indahnya eksistensi ia pada semesta. Sinar nya beri cahaya pada setiap sudut kota Tokyo.

Pemuda netra lembayung masih bergulung di kasur, enggan bangun. Lagipula hari ini ia tidak ada jadwal untuk masuk kelas. Rin pasti sudah berangkat kuliah, pun dengan sang ayah yang bekerja. Tidak ada yang akan mengganggu ia untuk melanjutkan kegiatan tidur nya.

Seharusnya begitu, namun dering ponsel pintar nyatanya malah mengusik Ran. Pemuda berdecak kesal, "Siapa si ah. Ganggu aja." Tangan meraba raba nakas di samping kasur, mencoba raih ponsel pintar.

pulang :: rantakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang