Chapter 4 - Kisah Kasih dalam Indahnya Kelam

1.6K 139 6
                                    

Selamat membaca 🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca 🌸

" 2 seri dulu ya, Sayang . Nanti kalo selesai baca, Mas belikan lagi "

Aku menjerit senang, ketika Aditya menyerahkan 2 buku seri terbaru dari Harry Potter dan The Lord Of The Rings. Sesuka itu aku dengan tulisan dan buku.

Berbagai genre buku dan komik, aku sangat mencintainya. Apapun yang berbentuk tulisan aku sangat mencintainya, pun dengan Aditya. Kami pasangan duet yang kompak dengan apapun, utamanya buku dan komik.

Aditya adalah kekasih, sahabat, Ayah, Abang dan Saudara yang tidak aku punya. Dia sempurna menjalankan perannya dalam hidupku.

Aku yang pincang dan timpang, sehingga dia mencari kenyamanan yang lain kan ?

Hatiku perih tak terkira.

Aku mengira Aditya bahagia, sebab aku bahagia.

Hampir semua keinginanku di kabulkan oleh Aditya.

Pun dia tidak pernah membebaniku dengan tugasan wajar seorang istri, seperti memasak contohnya - yang memang ku akui sempat membuat trauma dengan kisah sop ayam ku - yang dengan sok tau ku tambahin bumbu ketumbar bubuk dan gula merah - aku malu sekali kalau teringat hal itu - sementara Aditya hanya terbahak bahagia, melihat satu celah untuk bahan meledekku habis-habisan.

Aku dan Aditya bahagia.

Aku dan Aditya bahagia.

Buku- buku kecintaanku. Kata-kata romantis. Perlakuan hangat. Tidak ada setitik pun petunjuk bahwa hatinya akan berpaling.

Aku bahagia.
Dan ( ku pikir ) Aditya juga bahagia.

" Hujan, Sayang "

Air mataku menderas, memutar kembali kenangan bertahun silam, sewaktu Aditya memayungiku dengan jaketnya, memasuki bis yang akan kami naiki sepulang dari bimbel akhir kelas 3 SMU. Sesayang itu dia padaku.

" Terimakasih udah bersedia hidup susah denganku ya, Sayang "
Dia mengecup keningku lama, lalu mencium pipi gembil bayi kami yang pertama, Anak laki-laki yang sangat menggemaskan yang dia beri nama Alfian.

Aku merasa di sayang dan bahagia.

Dan ku beri tahu sesuatu, aku tidak pernah merasa susah hidup dengannya. Walau secara materi tidak segelimang bersama orang tuaku, tapi aku menjalani nya dengan sungguh-sungguh ,

And I'm happy with him, totally happy.

Aku akan berbaring nyaman dalam pangkuannya, sambil membaca bertumpuk komik atau buku, sementara Aditya akan pasrah di depan PC mengerjakan apapun kode-kode memusingkan tentang pemrograman.

Sesekali aku akan mencuri ciumannya. Merangsek masuk dalam pangkuannya, dan mengganggu belajarnya. Dia akan menggerutu sebentar, menciumiku, lalu aku berlagak polos akan kembali membaca, sementara Aditya menggerutu karena terlanjur turn on. Kadang kami melanjutkan kegiatan masing-masing, tapi lebih sering kami melanjutkan kegiatan berdua .

Aku tak pernah gagal tersenyum mengingat kenangan itu.

Kenangan yang ( aku pikir ) indah, berdua.

Kenangan yang menggulung habis kegembiraanku, dengan keyakinan yang menguat, bahwa hanya aku yang bahagia.

Kalau Aditya bahagia, dia tidak akan mencari kebahagiaan yang lain kan ?

Aku meraung-raung di rambati penyesalan pada semua hal , hingga Tuhan nyaris kulupakan.

TBC

Rani PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang