Chapter 5 - Sebuah Alasan dan Jawaban

1.6K 171 7
                                    

Selamat membaca 🌸

🌹 Dulu aku mengenal cinta, dan aku terluka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌹 Dulu aku mengenal cinta, dan aku terluka. Dan kini aku mengenal Allah, lalu aku bahagia 🌹

Selamat membaca 🌸

" Bukankah ini jalan mudah ke syurgaNya, Rani ? Sejak awal kita menikah, bukankah untuk menggapai RedhaNya ? Kemana cita-cita itu, Rani ? "

Aku ternganga.

Aku tidak menentang hukum Allah, demi Tuhan.

Hukum tetaplah hukum. Syariat tetaplah menjadi syariat. Tapi dalam melaksanakannya, aku cacat.

Yang jauh lebih buruknya, kesakitan yang kuterima nyaris membuatku menanyakan keadilan Tuhan.
Aku bahkan sampai dititik, bahwa Tuhan tidak dapat menolong kesengsaraanku.

Lalu dimana letak redha Tuhan ?
Sedangkan mulut dan hatiku sibuk memaki dan mencari celah salah dari suami, dengan alasan sakit hati diatas semua kecurangannya.

Tidak ada lagi kasih sayang dalam hatiku. Tidak ada lagi keinginanku untuk tunduk dalam ketaatan pada Allah, saking marahnya aku padaNya.

" Apa kau tau rasanya, Adit ? " bisikku perih

"Bisakah sedikit saja kau hidupkan hatimu untuk tau bagaimana beratnya aku melalui hal ini ?"

Tidak. Aku tidak akan menangis lagi di depannya, karena sebanyak apapun air mata, hening yang meraja.

" Sewaktu aku sadar, kau bukan lagi hanya milikku, aku nyaris hilang harapan , Adit. Tapi yang lebih menakutkan bagiku, ketika aku mulai menyalahkan Tuhan diatas takdir perih ini "

Tapi tetap saja air mataku mengalir. Mengenang saat-saat durhakaku pada Allah.

Bagaimana bisa aku marah padaNya ?
Hatiku sesak oleh penyesalan.

Disebalik kisah pedih ini, aku lebih banyak bersujud padaNya , meraung meminta ibaNya, jauh lebih banyak daripada sepanjang usiaku.

" Kalau kau menggenggam keyakinan tentang selamat dengan jalan itu, Adit. Aku tidak akan memaksakan keyakinanku, bahwa ada jalan lain buatku. Jadi ini tentang kita yang tak lagi satu visi kan ? Jadi lepaskan aku "

Dia diam terpaku.

" Aku tidak sanggup menjalani hidup dengan kemarahan padamu dan pada Tuhan, Adit "

Aku terisak keras.

Adit mendekatiku, tapi aku memundurkan langkah.

"Jangan " bisikku

" Kau tidak lagi bisa membujukku dengan cara itu "

Tentu dengan pelukan dan bisikan kata-kata cinta.

"Kau bisa mengerti maksudku, Adit ?"

Aku selalu memastikan orang mengerti pada maksud ucapanku.

Matanya merah .
Aku bahkan tidak tau apa yang sedang dia rasakan.
Marahkah dengan keputusanku ?

Aku mengangguk.
Untuk meyakinkan diriku dan Aditya.

" Kita berbeda keyakinan . Bagiku, mungkin mudah menjalani hari dengan berpura-pura tak ada dia dalam hidup kita, Adit. Lalu melanjutkan hidup seperti biasa. Tapi tidak bisa. Hatiku penuh dengan kemarahan padamu, pada Tuhan. Aku mulai berani memakimu dan memaki Tuhan "

Tangisku semakin keras sehingga menyulitkanku melanjutkan kalimatku.
Tapi aku harus bicara, sebab mungkin ini keberanian terakhirku.

"Aku letih, Adit. Aku letih jadi istri durhaka yang penuh dengan kemarahan, aku letih menjadi manusia yang sibuk menyalahkan Tuhan"

Sungguh.
Aku menyesali saat-saat dimana aku meraung marah pada takdirNya dan menyalahkanNya.

Aku mendongak, dan melihat wajah Aditya yang sangat terguncang .

" Sepanjang hidupku bersamamu, Adit. Kau yang terbaik, sungguh. Aku bersaksi kelak didepan Tuhan bahwa kau suami yang sangat baik. Jadi mari akhiri semua dengan baik, agar tidak ada kerusakan lagi "

"Jangan, Rani"
"Aku sedang mencari jalan keluar. Tolong sabar, Rani.

Aku berguncang menahan tangis.
8 tahun tidak cukupkah kesabaranku membuat hatinya luluh ?

"Ayo kita berpisah "

TBC

Rani PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang