Chapter 10 - Sesudah Perpisahan ( 2 )

1.9K 171 7
                                    

Selamat membaca 🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca 🌸

" Bagian admin sudah handle komplain dari Tanah Abang, bu. Tapi memang Koh Salim sempat marah-marah karena barang yang cacat produksi cukup banyak "

Aku memijit keningku.

" Semua hasil maklon yang dari Bali, In ?"

Indah mengangguk. Wajahnya penuh kecemasan.

Wajar Indah cemas. Produksi maklon dari Bali kali ini cukup banyak, melebihi produksi biasanya.
Permintaan pasar Tanah Abang terhadap gamis anak hasil akhir rancanganku cukup tinggi, kami nyaris kuwalahan memproduksinya. Sehingga tempat maklon langgananku di Bali menawarkan diri untuk memproduksinya, sesudah 2x aku meminta sampe hasil jaitannya.

Hasilnya cukup bagus. Jadi aku meneruskan produksinya. Aku tidak menyangka sama sekali mereka mencampur hasilnya dengan yang cacat produksi.

Padahal kerja sama kami sudah memasuki tahun ke lima.
Aku menghembuskan nafas berat.

3 rb pcs bukan jumlah sedikit. Dan kami tidak dapat melacak Quality Control produk tersebut karena langsung di kirim ke reseller - reseller kami.

Harusnya walau maklon, tetap melewati tahap QC tim produksi Rumah Aisyah. Aku menyesal, tapi semua sudah berlalu. Ku harap jadi bahan pelajaran untukku dan tim Rumah Aisyah.

Tim marketing harus segera ku ajak berbincang untuk meredam komplain dari beberapa reseller yang merasa di rugikan - semoga mereka tidak menganggap bahwa kami mencurangi mereka - karena demi Allah, kami tidak akan melakukan hal tercela itu.

Sesudah melewati diskusi dengan tim marketing , akhirnya beberapa reseller yang mengambil produk terakhir Rumah Aisyah - yang untungnya tidak terlalu banyak, hanya sekitar 15 reseller - kami berikan komplimen dengan potongan harga 30% - tidak termasuk produk yang cacat - dan para reseller menyambut gembira inisiatif baik kami. Alhamdulillah.

Tim Rumah Aisyah bisa bernafas lega.

Walaupun produksi kali ini terpaksa tidak mendapat keuntungan, dan kami juga terpaksa mengurangi satu rumah maklon untuk kerjasama berikutnya.

Kami jujur dalam berbinis, dan mengharap rekanan yang jujur juga dalam kerjasama, sebab tujuanku membuka usaha bukan semata mencari uang tapi keberkahan .

Jujur dan amanah ada di dalamnya.

"Mami, uang masuk untuk pendaftaran kuliah Abang dan uang masuk sekolah adek, sudah Bi rekap. Total nya Bi send ke grup WA ya mi"

Aku menghela nafas.

Iya, kadang ujian datang beruntun.

Saat usahaku lesu, berbarengan juga dengan biaya-biaya tak terduga yang datang silih berganti.

Bilal, sudah  ku ajari untuk mengatur dan merancang keuangan keluarga. Bukan pelit, tapi buatku, dengan kita tau berapa pemasukan dan pengeluaran kita setiap bulan, kita dapat mengukur seberapa banyak rejeki yang sudah Allah beri dan seberapa banyak kita sudah bersyukur padaNya.

Walau kadang pedih, karena aku merasa sendirian : mengelola keuangan , menjaga usaha, mendidik anak-anak-anak, tapi lebih banyak syukur ku panjatkan karena aku jauh lebih bahagia. Anak-anak bahagia tanpa melihat orang tuanya mencontohkan hal-buruk tentang rumah tangga .

Hidup kadang tidak mudah, ujian datang silih berganti, tapi aku yakin Tuhan tidak akan pernah memberi ujian melebihi kemampuan hambaNya.

Aku hidup, aku bahagia, aku bersyukur, bukankah itu bukti bahwa ujianNya tidak melewati batas kemampuanku , kan ?

Terimakasih ya Allah

TBC

Rani PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang