Selamat membaca 🌸
Aku menjalani hidupku sekarang bukan dengan kemudahan.
Dalam artian menjalankan keyakinanku.
Perlu perjalanan panjang.Tahun 1997 , bukan hal lumrah jika kita mengenakan hijab.
Tapi hatiku mantab berbisik untuk terus memperjuangkannya, sebagai bentuk baktiku pada Tuhan.
Banyak ujian menyertainya.
Termasuk ke kukuhanku untuk tetap mengenakannya di dalam rumah, ketika ada sepupu atau laki-laki bukan mahram.Aku ambil resiko dengan di gunjingkan dan di asingkan.
Bagiku tidak masalah, sebab yang ku mau saat itu ( dan hingga kini ) adalah keredhaan Tuhanku.
Aku tertatih belajar agama .
Di antara perbedaan di tengah keluargaku.
Hatiku teguh untuk terus di jalanNya, bersama Aditya tentu saja.Dia support systemku yang terkuat.
"Niatkan semua hal yang kita buat untuk ibadah, agar ada nilaian di sisi Tuhan"
" Ayo bangun Tahajjud , Sayang. Doa dan dosa kita banyak pada Tuhan, tentu mesti lebih banyak lagi waktu kita untuk mendekat padaNya kan ?"
Aditya sebaik itu.
Bahkan hingga akhir, ketika dia mendua, aku tidak ada alasan kuat untuk marah, harusnya.Dulu waktu hal itu terungkap, aku menutup mata, tidak mau mencari tau apa alasannya.
Hingga ketika kami di ujung destinasi, aku baru tau bahwa Aditya hanyalah ingin menjalankan sunnahNya.
Memberi jalan cepat ke syurga untukku.
Jangan.
Jangan mencibirnya.
Sudah aku katakan tadi kan ? Bahwa hukum tetaplah hukum.
Syariat tetaplah syariat. Jangan menentang hukum Tuhan.Aku tidak sanggup menentangnya, jadi aku mencari jalan untuk menghindarinya.
Sebelum aku betul-betul kehilangan Tuhan .Seperti hadis yang banyak menghias timeline Instagram ku , bukankah jika seorang hamba berjalan mendekati Tuhan, maka Tuhan akan menyambutnya dengan berlari ?
Ketika aku di titik kembali kepada cita-cita awalku, mengapa aku hidup , bahwa semata-mata aku hanyalah menjadi hamba Allah dan beribadah padaNya.
Hatiku tenang dan lapang.
Dan aku menerima bahwa apa yang terjadi padaku dan Aditya adalah takdirNya.Aku belajar merenungi kekuranganku
Aku belajar mencari kesalahanku untuk terus ku perbaiki
Aku belajar memperbaiki hubunganku dengan Tuhan dan Aditya.
"Kau tidak mencintaiku lagi ?"
Sore itu kulihat air mata Aditya jatuh.
Aku tau bahwa itu senjata terakhirnya untuk menahanku.Aku juga menitikkan air mata. Hatiku perih tak terkira. Lagi. Tapi aku tetap pada keputusanku.
"Kau yang pertama dan satu-satunya, Adit. Kau tau pasti itu. Aku mencintaimu"
Senyum kelegaan menghiasi wajahnya.
Aku juga lega.
"Aku mencintaimu, tapi kau mencurangiku. Jadi aku memilih Tuhanku, yang setia padaku, Adit "
Wajahnya murka
"KALAU KAU MENCINTAI TUHANMU, KAU AKAN BERBAKTI PADA SUAMIMU TANPA SYARAT"
"Maafkan aku, Adit. Tapi aku tetap yakin bahwa perpisahanlah yg akan aku ambil"
1 Januari yang lalu, beberapa hari sebelum ulang tahunku yang ke - 40, aku menggegarkan Arasy dengan perpisahanku dengan Aditya.
Kata-kata tidak bisa menggambarkan kesedihanku.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Rani Pergi
RomanceMarry a man who runs to Allah when you have problems, not to other woman 🌹