Sembilan

143 25 0
                                    

Bonus chapter!

Ini adalah pertama kalinya seorang kang aji lahardhi berbicara mengenai perempuan, yoga sebagai sahabatnya pun merasa antusias kala melihat sahabatnya dengan semangat menceritakannya.

Kisah itu bermula saat di ruangan musik, ruang musik terbagi 4 ruangan untuk masing masing grup bandnya. Meskipun begitu, terkadang ada fasilitas yang harus digunakan bersama.

Contohnya alat kebersihan, mereka harus bergantian Untuk menggunakan nya.

Aji dan kawan-kawan terdapat diruangan ke empat, yang artinya ruangan tersebut ada dipojok. Tempatnya pun gelap karena tertutup oleh gedung lainnya.

Ruangan 4 itu sedang mengadakan beres beres besar, aji di bagian pel lantai dan alat pelnya sedang digunakan oleh anggota ruangan 2, mau tidak mau aji harus mengambilnya.

"Je, pel-an ada disini gak?" Tanya aji kesalah satu anggota ruangan 2.

"Ada tuh, lagi buat ngepel." Jawabnya.

Aji pun memutuskan untuk menunggu sembari merokok, dari dalam ruangan muncullah seorang perempuan yang sedang menyelesaikan mengepel.

"Kak, yang tadi katanya mau minjem pel-an ya." Ucap perempuan tersebut.

Aji menoleh kebelakang, matanya melebar mulutnya tebuka lebar kala melihat seorang perempuan itu.

"O-oh iya, gue ambil ya pel nya." Jawab aji.

Aji pun langsung mengambilnya dan segera kembali ke ruangannya.

"Ga, gue abis ketemu bidadari, gila cantik bangettt!" Seru aji kepada yoga, yoga mengangkat sebelah alisnya karena bingung.

"Siapa?"

Aji melebarkan senyumnya, "gak tau, anak cewek diruangan dua. Anjir bisa gila gue karena dia."

"Siapa sih?" Tanya yoga karena penasaran.

"Gak tau, pokoknya dia dari ruangan dua." Jawab aji tanpa melunturkan senyumannya.

Yoga menggelengkan kepalanya, "siapapun itu gue ikut seneng, karena Lo gak jadi homo hahah." Ledek yoga.

"Anjing Lo."

Aji pun mulai mengepel ruangan 4, butuh waktu 30 menit untuk menyelesaikannya.

"Kak, koridor tolong sekalian di pel yah." Suara perempuan tadi mulai terdengar kembali.

Aji pun menoleh kebelakang, "siap tuan putri." Sahutnya dengan senyuman yang terukir di bibirnya.

Perempuan dengan berwajah gummy tersebut tersenyum sebagai balasannya, "gue duluan ya, makasih."

Aji memandangi perempuan tersebut tanpa berkedip dan tak sadar bahwa yoga sedari tadi sudah disampingnya.

"Oohhh, jadi itu tadi bidadarinya. Pinter banget Lo milihnya yang cantik." Ucap yoga membuat aji tersadar.

"Lo tau siapa dia?" Tanya aji.

Yoga mengangkat kedua alisnya menggoda aji, "tau lah, adeknya si Jeje itu."

"Lah, sejak kapan Jeje punya adek?" Bingung aji.

"Lo tau kan Jeje punya kembaran?" Tanya yoga dan dijawab anggukan oleh aji. "Lah tuh kembarannya."

Aji melebarkan matanya, "gila sijeje kok bisa punya kembaran bidadari gitu ya, Pepet Sabi kali ya."

"Tiati, si Jeje galak. Si Karin juga galak banget."

"Kok Lo tau sih ga?"

"Ya kan dia besti nya si Giselle." Jawab yoga dengan Santai dan aji hanya mengangguk sebagai jawabannya.

MENEPI | KARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang