Sepuluh

151 26 3
                                    

Enam bulan berlalu sejak hari itu, keduanya memang sama sama sibuk. Hingga ada kejadian dimana aji salah kamar saat akan mengunjungi Giselle.

"Kok Lo gak bilang kalo Lo ada dikamar 17 sih, nyasar gue tadi gegara motor Lo diparkir di bawah." Omel aji saat sudah memasuki kamar Giselle.

"Oh, Lo nyasar dikamar Karin ya? Hahaha."

Aji tak menghiraukan ujaran Giselle dan malah sibuk melihat lihat foto yang tersusun rapi di setiap bagian meja belajar Giselle.

"Lo sedeket itu sama Karin?" Tanya aji.

Giselle mengangguk, "Deket, karena kita satu kampus jadi kemana mana bisa barengan."

"Lo naksir sama dia, ji?" Tanya Giselle.

Aji terdiam cukup lama, bingung untuk menjawabnya.

"Tenang ji, dia jomblo kok." Aji tersenyum cerah kala mendengar itu.

"Manis atau gurih?" Tanya aji tiba tiba.

Giselle menaikkan salah satu alisnya, "manis." Jawabnya.

"Okeh, gurih. Restoran or cafe?"

"Restoran lah, kan Mayan bisa makan enak." Jawab Giselle lagi.

"Cafe berarti, coffee or sweet drink?"

"Coffee, karena bikin gue relax."

"Sweet drink, oke terakhir, gunung atau laut?"

Giselle terdiam cukup lama, "pasalnya gue suka dua-duanya, tempat yang pas banget buat healing. Tapi gue lebih prefer ke laut sih, suara ombaknya bisa nenangin."

Aji menganggukkan kepalanya, "tapi udara gunung lebih nyegerin sih, Gi. Dua-duanya cenderung kek hamparan luas yang bisa buat pikiran orang-orang jadi fresh balik, dua-duanya juga punya kekurangan masing masing."

"Apa tuh?"

"Kekurangannya, dua-duanya bisa buat nyaman tapi kita harus pergi ninggalin itu kalo gak mau tersesat dan harus bertahan melawan rasa sepi." Jabar aji.

Giselle memutarkan matanya malas kala mendengar itu.

"Dah Sono balik Lo, gue mau menjalankan tugas." Usir Giselle kepada aji.

"Tugas apa?" Tanya aji.

"Banyak ji banyak, fakultas gue bukan kumpulan anak santuy kek Lo." Jawab Giselle ngegas.

"Gitu aja kok kesel. Tapi gi, gak usha terlalu mencolok ya."

Giselle menaikkan satu alisnya, "apanya yang mencolok?"

"Proses comblangin ke Karinnya."

Giselle berdecak acuh, "gue berusaha sehalus mungkin, dan selebihnya terserah Lo."

"Ya Allah makasih Giselle ku," ujar aji sembari memeluk erat tubuh Giselle.

"Dah sana, pulang." Usir Giselle lagi.

Aji pun beranjak dari tempatnya berjalan meninggalkan kamar Giselle, tapi langkah nya berhenti kala diambang pintu.

"Gi, gue boleh minta fotonya Karin gak?"

"Yang mana?"

"Yang sendiri lah, yakali yang berdua sama Lo, kalo pun Lo ngasihnya yang bareng Lo juga gak papa, tinggal gue robek bagian Lo."

Giselle terdiam cukup lama, dadanya naik turun akibat nafasnya memburu.

"Bajingan Lo bangsat!" Teriak Giselle.

Polaroid yang diminta aji dan bakal disobek bagian Giselle nya:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Polaroid yang diminta aji dan bakal disobek bagian Giselle nya:)

MENEPI | KARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang