What if.....
Karina keluar dari apartemennya dengan keadaan menggebu-gebu, langkahnya semakin melaju cepat kala menyadari seseorang mengejar dibelakangnya.
"Rin!"
Karina memelankan laju langkahnya, air matanya sudah tidak bisa lagi dibendung.
"Karina!" Seruan itu kian melantang, karina berhenti dan tangisannya semakin menggema. Bukan lagi perasaan takut, tapi sudah tergantikan dengan rasa kecewa.
"Karina hayyah. Harusnya kamu jelasin bukan malah pergi, harusnya kamu minta maaf bukan membisu kaya gini, harusnya jujur bukan malah diem nangis terus kaya gini!"
Aji benar, karina harusnya melakukan itu semua, tetapi ia terlanjur marah kepada aji, mengapa dengan keadaan seperti ini aji masih memperdulikannya?
"Aji."
"Iya, rin?"
"Intinya aku udah gak bisa sama kamu lagi."
🌼
Dua bulan kemuadian
"Rin, aku mau udahan."
Karina terkejut dengan penyataan yang Sam-pacar karina-ucapkan, perasaan sedari tadi hanya ada canda tawa diantara mereka, tapi tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba sam memutuskannya.
"Kenapa?" Tanya karina dengan nada tenangnya.
"Sorry ya, aku mau fokus sama karirku dulu. Ternyata ada dalam hubungan bukan pilihan yang tepat untuk aku, aku mau memberi ruang untuk diriku sendiri dulu."
"Oke."
"Kamu setuju, rin?" Tanya sam, memastikan.
"Iya." Jawab karina sembari beranjak dari duduknya, dan berjalan meninggalkan sam. "Aku duluan."
Selama diperjalanan pulang karina hanya diam saja, pikirannya kosong, hatinya tidak sakit, tetapi hanya perasaan kecewa yang ia rasakan. Ternyata tidak ada yang bisa mencintainya seperti aji yang mencintainya.
Huft
Ah, aji ya. Rasanya karina sudah lama sekali tidak menyebut nama itu, ia jadi merindukan orang itu.
Setelah kurang lebih tiga puluh menit karina menempuh perjalanan pun telah sampai dirumahnya, betapa terkejutnya setelah menyadari bahwa rumahnya dipenuhi tamu undangan abangnya.
Orang-orang berlalu lalang melewati karina, tetapi karina hanya diam menatap orang yang tak jauh dari tempatnya.
Karina bisa melihat tatapan betapa rindunya orang itu padanya, karina tidak bisa mendefinisikan perasaannya, apakah perasaan yang ia punya masih sama saat masih bersamanya? Apakah sebenarnya karina tidak pernah menghapus perasaanya?
Yang jelas karina bahagia kala menangkap arti tatapan seseorang itu. Air matanya mulai mengalir, perasaannya membuncah.
"Aji!"
Panggilan lantang itu ia lontarkan, lalu berlalu memeluk orang itu.
Karina merasa kecewa pada diri sendiri, marah pada diri sendiri, menyesal telah berbuat jahat padanya.
Orang itu menyambutnya dengan senyuman yang tak pernah aji lunturkan hanya karena karina, tangannya melebar seperti sayap yang siap mendekap dengan hangatnya.
"Kamu udah pulang, rin?"
Pertanyaan apa itu? Apa arti pulang yang sebenarnya? Apa arti rumah yang sebenrnya?
Aji.
Hatiku masih memantapkan jawabannya bahwa hanya ada aji yang masih bersinggah, walau karina sudah menyakitinya.
Tapi, apakah aji akan menerimanya lagi selayaknya seperti dulu?
Hanya aji yang tahu jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENEPI | KARINA
ChickLitft. Jihoon "mencintai dalam sepi dan rasa sabar mana lagi yang harus ku pendam dalam mengagumi dirimu, melihatmu genggam tangannya nyaman di dalam pelukannya yang mampu membuatku tersadar dan sedikit menepi."