CHAPTER 4

2.7K 106 1
                                    

Suasana ruang rawat kini di penuhi dengan rengekan Aileen yang tak henti-hentinya memohon pada Alpha untuk segera pulang. Aileen benar-benar benci suasana rumah sakit. Bau obat-obatan terasa menusuk indra penciumannya. Ia juga sedari tadi hanya disuruh untuk istirahat dan tidak boleh terlau banyak bergerak.

Menyebalkan.

“ Kak Al, Ai udah gapapa. boleh pulang ya?” Aileen menatap Alpha dengan puppy eyes-nya. Menarik-narik tangan pria itu yang tengah memainkan ponselnya.

Alpha tak menghiraukan rengekan kekasihnya, karena ia tahu Aileen tak akan berhenti memohon sampai keinginannya itu terpenuhi.

“Abanggg, Ai boleh pulang ya? Ai udah sehat kok” kini Aileen berganti memohon pada Aiden yang sedang mengupas buah jeruk. Memandang abangnya dengan pandangan penuh harap.

“ Ai belum sehat sepenuhnya sayang, kamu nggak ingat tadi pagi asmanya sampe kambuh lagi, hm?” Aiden mencoba memberi pengertian pada adiknya yang kini sudah berkaca-kaca mengenggam erat ujung baju Alpha.

“ Kak Al... hiks... hiks”

Alpha menghela napas berat, tangannya beralih memeluk kekasihnya yang sudah menangis itu. Aileen jika sedang sakit memang bertambah rewel dan sensitif.

“ Udah ya, nanti biar di periksa Dokter Liana dulu. Baby boleh pulang atau enggak” Alpha mengelus punggung Aileen mencoba untuk menenangkan kekasihnya.

Aiden menatap tak setuju, ingin menyanggah ucapan Alpha. Namun, Alpha sudah menatap Aiden penuh peringatan untuk tetap diam.

Jika Aileen dibiarkan terus menangis, Alpha khaawatir napas kekasihnya akan kembali sesak.

Alpha benar-benar tidak sanggup melihat kekasihnya menahan sakit, ia merasa tidak becus untuk menjaga Aileen.

“ Assalamualaikum” pintu ruang rawat terbuka, disana ada Rianty dan Luna disusul oleh Antonio yang masih mengenakan jas kantornya.

“ Waalaikumsalam Mom, Dad, Bunda Luna” jawab Aiden.

“ Loh Aileen kenapa sayang?” Rianty menghampiri Aileen yang masih sedikit sesegukan dipelukan Alpha.

“ Biasa mom gak betah, minta pulang” Jelas Aiden sembari sibuk mengobrak-abrik paper bag yang dibawa mommy nya tadi.

“ Ai sembuh dulu ya nanti kalo udah sehat boleh pulang” Rianty mencoba memberi penjelaan sehalus mungkin.

“ Nah Ai pasti belum makan siang kan? Mommy udah bawain makanan kesukaan kamu. Capcay sama cumi asam manis” Rianty mengambil tempat Alpha dan mulai membuka kotak makan untuk menyuapi anak bungsunya.

“ Buat Aiden mana mom?” tanya Aiden menagih makanan miliknya.

“ Itu makanan pasien Aileen masih utuh” Rianty melirik nampan diatas meja yang berisi nasi, brokoli dan entah sup apa yang berawarna sedikit kecoklatan.

Aiden mendengus sebal, beralih bergabung bersama Alpha dan Daddy-nya yang tengah duduk di sofa pojok membicarakan masalah bisnis.

“ Itu makan siang kamu sama Alpha ada di paper bag yang satunya Aiden” Luna terkekeh pelan melihat Aiden yang merengut sebal.

“ Bunda Luna memang yang terbaik” tanpa basa-basi Aiden mengambil kotak bekal nya dan memberikan satu untuk Alpha.

*********

“Ai udah kenyang sayang?” tanya Luna pada Aileen yang kini tengah bergurau bersama Alpha.

Sebenarnya hanya Aileen yang terus mengoceh dan Alpha hanya menjadi pendengar yang baik untuk kekasihnya, sesekali menimpali ucapan Aileen seperlunya.

“ Udah Bunda, ni lihat perut Aileen udah gede” Jawab Aileen lucu sembari memegang perutnya.

Alpha hanya terkekeh lucu melihat tingkah menggemaskan kekasihnya .

“ Nah karena Ai udah kenyang, sekarang obatnya diminum dulu ya” Ucap Luna sembari menyiapkan obat yang harus diminum Aileen.

“ Nggak mau bunda, pahit” Aileen mengelengkan kepalanya kuat, menutup mulutnya dengan kedua tangan.

Aileen benci obat.

“ Katanya Baby mau pulang, hm?” bujuk Alpha.

“ Nanti Mommy bujuk Daddy supaya Ai boleh pulang” sambung Rianty.

Aileen menampakkan wajah melasnya, menatap Daddy nya mencoba meminta pertolongan namun hanya gelengan yang ia dapat.

“ Minum ya sayang, yang ini manis rasa strawberry” Luna memperlihatkan obat berukuran sedang berwarna pink.

Aileen menatap obat itu dengan seksama, kemudian mengangguk ragu.

Aiden yang sedang asik mencomoti keripik di toples kaca itu menunduk untuk menyembunyikan tawanya, kenapa adiknya ini mudah sekali dibohongi?

Alpha mentap Aiden penuh peringatan, menyuruhnya untuk tetap diam.

“ Ayo aaaaa” Aileen membuka mulutnya menerima uluran obat dari Luna. Mencecap rasa obat itu.

1 detik... 2 detik... 3 detik...

“ Bunda bohong, pahitt” teriak Aileen memejamkan matanya merasakan pahit yang mulai menyebar di mulutnya.

Tangannya mencoba meraih tisu, namun Alpha dengan sigap menahannya. Sedangkan Aiden sudah tak bisa menahan tawanya, yang mendapatkan tatapan garang dari sang Daddy.

“ No baby, minum” Alpha menyodorkan botol air putih, menyuruh kekasihnya untuk meminumnya.

Aileen dengan tak sabaran menegak air itu, berharap rasa pahit di mulutnya segera hilang.

“ Pelan-pelan baby”

Uhuk uhuk huk

Aileen memukul dadanya pelan saat merasakan air itu melewati saluran napasnya. Alpha dengan cepat meletakkan kembali botol itu, mengelus punggung Aileen berharap meredakan batuk kekasihnya.

“ Kamu gapapa baby?” tanya Alpha khawatir.

“ huk...huk perih kak” Aileen meremas baju pasien dibagian dadanya.

Dada-nya terasa terhimpit.

“ Bunda panggilin dokter Liana ya?” Luna menatap tak kalah khawatir, ia merasa bersalah telah membohongi calon menantunya.

“ Ai gapapa bunda” jawab Aileen pelan.

“ Ai Istirahat aja ya biar cepat pulih” Ujar Rianty sembari merapikan selimut Aileen.

“ Ai mau tidur dipeluk Daddy” Ucap Aileen dengan matanya yang sudah sayu.

Antonio yang merasa terpanggil dengan cepat menghampiri ranjang putrinya, membawa Aileen ke dalam pelukannya.

“ Tidur ya princcess, cepat sembuh” Antonio mengecup kening putrinya sayang.




So sorry for being late :)

MY ALPHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang