Pilar Abi -2

128 17 2
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Selamat malam

Up lagi, semoga suka

Tandai Typo!

Happy Reading😊😊

.
.
.
.
.
Rayyan-Rajendra Bintang

____________________________________


Ruangan itu terasa sunyi meski suara grasak grusuk terdengar jelas dari arah dapur. Di dalamnya, seorang pemuda tengah menatap dalam pada pigura yang tepat berada di depannya. Dia tersenyum tipis.

"Jendra harus gimana, eyang? Baru satu hari eyang ninggalin Jendra, tapi Jendra udah kangen," ucapnya.

"Semua kata-kata yang Jendra ucapin kemarin terlihat berat untuk Jendra lakukan nantinya," lirihnya sendu. "Jendra ndak yakin bisa jalanin semuanya," lanjutnya.

"Eyang, Jendra pinjam jaketnya, ya? Nanti Jendra kembalikan lagi," tanya pemuda itu seolah-olah sang eyang berada di depannya.

Setelah mengambil jaket milik eyangnya yang tergantung di gantungan baju. Pemuda itu lantas keluar dari kamar eyangnya. Menyabet kunci motor yang berada di meja ruang tengah. Tidak ada yang tahu kemana ia pergi subuh-subuh seperti ini. Pemuda itu ingin menyendiri atau mungkin bertemu dengan eyangnya.

Di samping ndalem, tepatnya tempat beberapa kendaraan yang dimiliki keluarga ndalem diparkirkan di sana. Dua orang abdi ndalem yang bertugas untuk belanja ke pasar segera menghampiri Rajendra dan menyaliminya.

"Gus, jenengan mau tindakan ke mana?" tanya salah satu di antara keduanya.

"Mau pergi sebentar," jawab Rajendra ala kadarnya dengan senyuman tipis.

Abdi ndalem tersebut mengangguk paham. "Biar saya yang manasin motornya ya, Gus?" tawarnya.

Rajendra menggeleng pelan. "Ndak usah, biar saya sendiri, " tolaknya. "Sampean mau belanja, kan?"

Mereka mengangguk mendengar pertanyaan Rajendra. "Inggih, Gus."

"Ya sudah. Sampean buru berangkat, nanti kesiangan, malah enggak dapet sayur yang seger."

Dua abdi ndalem tersebut akhirnya pamit untuk segera berangkat ke pasar. Setalah cukup untuk memanasi motornya. Akhirnya motor sport honda CBR250RR itu melaju meninggalkan pelataran pondok. Motor hitam dengan beberapa bagian berwarna merah itu dengan gagahnya membelah jalanan yang masih lenggang.

Hawa dingin yang menusuk tidak menyurutkan keinginan Rajendra untuk mendatangi rumah baru eyangnya. Setelah beberapa menit berkendara, Rajendra akhirnya sampai ditujuannya yang memang tidak terlalu jauh dari pondok. Kaki panjangnya melangkah dengan pasti.

Pemuda itu berjongkok di samping makam yang masih basah. Tangannya terangkat mengelusi batu nisan di depannya. Dia tersenyum tipis. "Assalamualaikum."

"Eyang, Jendra datang lagi. Eyang jangan bosen-bosen ya, kalau Jendra datang terus-terusan." Pemuda itu terkekeh di akhir kalimatnya.

Pemuda itu mulai berdoa, membaca ayat demi ayat yang ia hafalkan ketika bersama eyangnya. "Paling enggak, sampean bisa hapal surat Yasin. Supaya nanti kalau eyang enggak ada, kamu bisa baca surat itu tanpa bawa Al-Qur'an atau buku Yasin. Eyang pasti seneng lihatnya," tutur Eyangnya kala itu, sewaktu beliau masih hidup. Membuat Rajendra bingung.

Pilar AbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang