Otakku harus berpikir lebih keras lagi, semoga Pak Haji menemukan jawaban atas hal yang telah aku alami.
"Mas, Mas." Sania memanggilku dengan suara lirihnya yang berada di dalam kamar.
Aku segera berlari dan menemuinya yang terbaring lemas. Namun, langkahku terhenti di saat Raya yang bermain bersama Zaki, tiba-tiba memuntahkan darah segar.
"Raya, kamu kenapa? Adrian!"
"Kenapa, Pak?" Adrian datang dengan tergopoh-gopoh.
"Astaga, Raya. Kamu kenapa? Pak, ayo cepat angkat Raya!" kata Adrian.
"Mas, Mas. Ada apa?!" lagi-lagi Sania memanggilku dengan suara lirihnya.
Aku menghiraukan panggilan Sania. Aku memilih fokus pada Raya.
"Hidungnya, Pak!"
Hidung Raya mengalirkan darah merah. Putriku mimisan!
"Bawa ke klinik, Pak!" Adrian dengan cepat menggendong adiknya yang tengah lemas.
Aku diam mematung kejadian aneh apalagi ini!
"Mas, Mas!" Sania terus berteriak memanggilku. Namun, pandanganku teralih pada Raya yang tengah digendong Adrian."Ayo Adrian, bawa ke klinik!"
Karena klinik memang dekat, kami terpaksa berjalan kaki dengan sedikit berlari.
"Ibu bagaimana, Pak?" tanyanya di tengah situasi genting seperti ini.
"Sudah jangan pikirkan Ibu," jawabku.
***
"Dok, Dok."
"Dokter, tolong adikku!"
"Astaga, kenapa ini? Mengapa banyak darah?" Dokter seharusnya memeriksa, malah terkejut melihat Raya yang penuh dengan darah.
"Dok, cepat tangani!" Aku berteriak agar dia tidak diam mematung.
Aku melihat wajah Raya yang berubah memucat dengan bibir membiru. Napasnya tersengal-sengal.
"Kami tidak bisa menanginya Pak, harus dibawa ke rumah sakit di kota."
Deg!
"Nanti saya panggil ambulans untuk membawa putri Bapak," imbuhnya.
"Pak, bagaimana ini?" Adrian tampak bingung melihat diriku terduduk berjongkok dengan memegang kepalaku.
"Adrian, kamu pulang, Ibu perlu bantuan kamu! Biar Bapak yang pergi menemani Raya," ucapku pada Adrian.
"Tapi, Pak ...."
Wajah Adrian memelas melihat adiknya lemas dengan hidung penuh dengan darah.
"Pulang, Adrian! Jangan beri tahu Ibu kalau Ibu tidak bertanya."
Ia mengangguk mengerti, lalu pergi meninggalkanku. Keringat dingin serta badan panas mulai aku rasakan, entah mengapa aku merasakan sangat takut sekali.
"Bahar, Har ...."
Teriakan dari pria tua, aku menoleh sedikit. Ya, itu Pak Haji Rosadi!
"Pak Haji? Kenapa di sini?" Aku bertanya dengan penuh keheranan.
"Ada hal buruk menimpa anakmu!" ucapnya dengan berbisik.
Dokter tadi datang memotong pembicaraanku dengan Pak Haji.
"Pak, mohon tunggu sebentar, ambulans akan datang sebentar lagi," ungkapnya.
"Iya, Dok!" timpalku."Ini ada apa, Pak Haji? Ayo katakan!"
Ia menghela napas perlahan, dan kedua telingaku siap untuk mendengarkan ucapannya.
"Nanti saja Bahar, sekarang bawa anakmu! Ambulans sudah datang!"
Benar sekali, ambulans sudah datang. Entah dari mana Pak Haji tahu tentang kondisiku saat ini.
Aku memangku putriku dengan dengan perlahan, selang infus berdiri tepat di sampingku.
"Raya. Ayo, Raya."
Sopir melaju dengan sangat kencang, semoga saja kami tepat waktu ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMILY IN DANGER ( LENGKAP )
SpiritualKeluarga kecil yang tinggal di rumah sewa tepat di sudut kota besar. Dengan kesederhanaan membawa mereka untuk tetap terus bertahan di dalam keprihatinan. Sebagai sang sulung, Adrian adalah sosok anak-anak yang bertanggung-jawab kepada ketiga adik...