1. Prolog.

1.8K 131 12
                                    

Disebuah kamar bernuansa merah jambu, semua interior nampak tertata dengan rapih. Mulai dari selimut yang terlipat sempurna diatas tempat tidur, bantal kursi yang ditata diagonal, hingga beberapa bingkai foto dengan warna beragam nan dipajang teratur diatas meja pinggir ruangan.

Lewat papan kecil yang digantung pada pintu masuk berwarna putih itu, semua orang langsung tahu bahwa kamar ini milik seorang gadis berusia 18 tahun bernama Vicky.

"Johny? Sudah pulang kah?"

Suara lembut dan juga imut yang terdengar dari dalam ruangan itu ternyata berasal dari si empunya kamar. Vicky tengah berdiri di pinggir jendela kamarnya yang terbuka, menggenggam ponsel berwarna merah muda miliknya, menatap ke sebrang rumah dimana jendela kamar di depannya masih tertutup rapat sedari tadi.

Ya, disitulah kamar Johny--sahabatnya--berada.

"Iya, aku baru sampai." balas pria itu dari ujung sambungan telepon.

"Oke! Vicky kesana ya sekarang!"

Tanpa menunggu persetujuan dari si pemilik rumah, secara sepihak Vicky langsung mematikan sambungan untuk bersiap ke rumah tetangga di depannya. Walau kini mereka berdua sudah sama-sama duduk di kelas 12, namun tetap saja ketika bermain bersama, aura keduanya masih terlihat seperti anak-anak. Seolah jiwa kekanakan itu tetap tinggal di dalam diri mereka sampai saat ini.

Fr : Johny
To : Vicky

Hati-hati ya Vicky, ada bang Sam di rumah.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Johny!"

Setibanya Vicky di kediaman keluarga Demian, gadis itu langsung membuka pintu pagar dari rumah yang di dominasi oleh motif kayu tersebut. Bukan hal asing lagi bagi Vicky untuk datang ke rumah ini, maka ia segera masuk tuk melihat keadaan Johny sepulang dari tempat les.

Sebab saat ini, Johny sedang dalam masa mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian masuk universitas. Sementara Vicky sendiri sudah lolos diterima pada salah satu universitas di kota lain. Rencananya, bulan depan ia akan pindah kesana dan hidup mandiri.

"Johny gak ada, anak kecil pulang aja gih sana!"

Begitu Vicky hendak menapaki anak tangga nan terbuat dari kayu itu, tiba-tiba sebuah suara menginterupsi pergerakannya. Tentu saja suara ini bukan berasal dari Johny. Tanpa ditanyapun Vicky tahu siapa orang tersebut.

Secara cepat, gadis bersurai panjang itu menoleh kebelakang dan mendapati sosok pria bertubuh jangkung dengan setelan kaos hitam longgar serta celana pendek selutut berwarna abu-abu tengah menatapinya dari arah kursi pantry di sebrang tangga. Vicky mengerjapkan mata berkali-kali, pertanda tak suka. Namun dilihatnya seorang wanita paruh baya tengah sibuk menyiapkan sesuatu dibalik meja pantry, lalu senyum gadis itupun merekah seketika.

"Sam, berhenti ledekin adiknya dong..." dengan senyuman nan terpatri di wajahnya, wanita paruh baya itu bersuara kepada sosok bernama Sam didepannya. "Kamu itu suka banget jahilin Vicky sama Johny, heran deh Mama." Ia menepuk kedua tangannya beberapa kali tuk membersihkan sesuatu dari kedua telapak tangannya.

"Vicky sayang, sini yuk cobain kue buatan tante?" Ajak Dona--mamanya Johny dan Sam--kepada gadis bersurai panjang itu.

"Yey! Kue kue..." seolah 'riang' merupakan nama tengahnya, Vicky nampak berlari kecil menuruni anak tangga yang sempat ia pijaki tadi untuk menghampiri Dona, melewati Sam nan sedari tadi terus menatapnya dengan tatapan sinis yang dibuat-buat.

"Yiy, kiwi kiwi..." Sam mencibir perkataan Vicky, sama seperti biasanya.

"Hiks tante!" Gadis itu menyicipi kue buatan ibu dari sahabatnya sembari Dona mengikat surai panjang Vicky agar tidak kotor karena terkena bahan-bahan dapur yang masih berantakan. Sembari mengunyah makannya, Vicky melapor kepada wanita itu atas perbuatan Sam terhadapnya barusan.

"Sam!" Dona lagi-lagi memperingatkan.

"Eh anak kecil, keterima kuliah dimana lo?" Tanya Sam dengan mode normalnya kali ini.

"Di Luxion University," jawab Vicky langsung.

"Hah!?" Sam memukul meja pantry dibelakangnya itu, lalu mengerjapkan mata berkali-kali, "Kampus gue dong!?" Bukan hanya Sam yang terkejut, namun Dona pun begitu. Walau terlihat kedua matanya seolah hendak melompat sekarang, namun wanita itu langsung tersenyum dan menangkup kedua pipi Vicky dengan bangga. Sementara yang ditangkup pipinya hanya mengendikkan kedua bahu atas pertanyaan Sam barusan.

"Vicky pinter!" Puji Dona seperti biasanya.

"Hehehe, makasih Tante Dona," jawab Vicky sembari mengambil kue lainnya untuk ia cicipi.

✳✳✳

Get to Know The Character...

Vicky, si pecinta warna pink dan tak pernah bisa lepas dar Johny

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vicky, si pecinta warna pink dan tak pernah bisa lepas dar Johny. Penampilan bisa seperti anak usia 18 tahun, tapi jiwanya masih anak usia 5 tahun.

Sam, pria cuek yang hanya fokus pada dirinya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sam, pria cuek yang hanya fokus pada dirinya sendiri. Tidak tertarik dalam dunia percintaan, dan meningkatkan kemampuan diri adalah tujuan hidupnya. Jika lelah, hiburannya hanyalah menjahili dua anak kecil yang tinggal di lingkungannya. Ya, siapa lagi kalau buat Johny adiknya serta sahabat bocah itu yang bernama Vicky?

 Ya, siapa lagi kalau buat Johny adiknya serta sahabat bocah itu yang bernama Vicky?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Johny, si lemah lembut yang selalu peduli akan orang-orang disekitarnya. Tak heran, Vicky menggantungkan hidupnya kepada temannya ini.

✳✳✳

Haii, ini cerita jangkku pertama akuu wkwkwkwk. Gatau si bakal flop atau engga, tapi gas ae duls hehehe.

Makasi yg udh baca cerita ala kadarnya ini ygy.
x.o.x.o

MR. PRANKSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang