Tidak diangkat.
Vicky menutup laptopnya dan membuang nafas kesal. Sejujurnya ia tak punya alasan untuk bersikap seperti ini, namun tak biasanya ia berpisah dengan Johny lebih dari satu minggu. Sekalipun dulu Vicky pernah menemani papanya dinas keluar kota sampai sebulan, tapi mereka tetap saling menghubungi lewat SMS atau video call, sehigga jarak itu tidak terasa.
Tapi kini semuanya berubah, Johny mungkin sudah terlalu asik dengan dunia barunya, sampai melupakan keberadaan Vicky disini. Gadis itu mengerucutkan bibir sedih, kecewa pada diri sendiri yang masih belum bisa seperti Johny. Dalam artian, merasa nyaman dengan dunia baru sampai sibuk dan tak ada waktu memikirkan teman lama.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu menyadarkan Vicky dari lamunan singkatnya pada pagi menjelang siang hari ini. Gadis itu sontak bangkit dari posisi duduknya dan berjalan menuju pintu masuk apartemen. "Siapa?" Tanya Vicky sebelum kedua tangannya menyentuh gagang pintu untuk menekan kata sandinya.
"Buka dulu pintunya," terdengar suara Sam dari diluar.
"Ish! Ngapain pake ketok-ketok segala sih? Bikin keributan aja heran," dumel gadis itu. Wajar saja, ia rela memberikan kata sandi pintu apartemennya kepada Sam supaya pria itu tak perlu repot-repot mengetuk pintu apartemennya apabila membutuhkan sesuatu. Tapi anehnya, pria itu masih terus melakukan hal tersebut.
"Ngap-- Astaga!" Vicky refleks menutup mulut dengan kedua tangannya begitu melihat penampilan Sam dihadapannya saat ini.
Topi hitam, kaos putih dengan luaran jaket rompi berwarna hitam, serta kacamata berwarna senada yang membingkai wajah tampannya, membuat pria itu terlihat bak petugas inspeksi dadakan yang bertugas meriksa seluruh ruang apartemen di gedung ini.
"Inspeksi dadakan." Sam nampak memberatkan suaranya, sehingga Vicky sontak mencibir dan mengerutkan keningnya heran.
"Sejak kapan ada inspeksi dadakan disini?" Tanya Vicky bingung.
"Sejak ini," Sam menunjukkan layar ponselnya kepada gadis berpiyama merah muda itu, dan sontak saja Vicky langsung menoleh memeriksa situasi dikesekitarnya, lalu mendekatkan wajah tuk melihat sebuah pesan nan pria itu tunjukkan kepadanya.
Fr : Tante Olla
To : SamSam, tolong prhatikan kmr Vic ya... dia suka males beberes kamar klw g diingetin :)
Vicky membaca setiap deretan kata yang mamanya kirimkan kepada Sam. Sejujurnya ia tak heran dengan isi pesan itu, sebab cukup sering sang mama menegurnya apabila sebuah cucian menumpuk tertangkap ketika mereka sedang video call. Vicky selalu membela diri dengan berkata bahwa ia telah membersihkan kamarnya. Tapi, ia sungguh tidak menyangka jika sang mama akan berusaha sampai sejauh ini. Maksudnya, sampai sosok aneh bertopi dan berkacamata muncul di depan pintu apartemennya pagi ini.
"Yaampun..." keluh Vicky yang pasrah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Dua jari tangan pria itu nampak mencolek kusen jendela dan benar saja, tersisa debu kotoran yang ikut tersapu pada ruas jarinya. Sontak Sam menunjukkan apa yang terjadi padanya ini kepada si empunya kamar, dan Vicky hanya terkekeh sembari memainkan kemoceng berbulu di tangannya.
"Keren ya, bisa-bisanya lo gak kena infeksi paru-paru setelah sebulan lebih tinggal di tempat kayak gini." Sam menempelkan stiker berwarna merah dengan tulisan 'harus dibersihkan' pada kusen jendela tersebut, sebelum beralih ke sisi ruangan lainnya.
"Ish! Biasanya juga aku bersihin tau!" Dumel Vicky tak terima.
"Nah kan! Bahkan sarang laba-laba pun bisa ada di kamar ini. Ck!" Sam berdecak pelan begitu mendongkak melihat untaian sarang laba-laba di sudut ruangan dekat pintu masuk. Bukan hanya Sam yang terkejut akan fakta ini, bahkan Vicky yang tinggal 24 jam di kamar inipun baru menyadari hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. PRANKSTER
Teen FictionVicky dan Johny adalah dua sahabat kecil yang tak bisa dipisahkan. Maka tak heran Sam, kakak laki-laki Johny, sering meledek keduanya sampai semua orang mengira dua sahabat itu berpacaran. Sampai suatu masa dimana Vicky keterima di kampus yang sama...