29. Bangkit dari Permukaan

386 73 3
                                    

"Hati-hati Vic." 

Gadis bersurai panjang itu nampak melambaikan tangan singkat kepada teman-temannya yang sudah mau mengantarkan hingga ke stasiun. Padahal Vicky sudah berulang kali meyakinkan mereka bahwa ia bisa berangkat sendiri ke stasiun dan tiba di rumah tanpa perlu dikhawatirkan sampai sebegininya, ayolah... sebentar lagi ia akan menginjak usia 20 tahun. Namun tetap saja, semua temannya keras kepala tetap ingin mengantarkan Vicky ke stasiun. 

"Kasih tahu kalau sudah berangkat ya keretanya..." Sully memberi pesan sebelum temannya itu menghilang dibalik pintu masuk. Maka mengangguklah Vicky sebelum ia check in dan perpisahan pertama mereka pun dimulai. 

Drt!

Fr : Sam
To : Vicky

Udh di kereta?

Fr : Vicky 
To : Sam

blm.

Fr : Sam
To : Vicky

jutek bgt balesnya?

Fr : Sam 
To : Vicky

pasti ngambek gr2 gw ga bareng ya pulangnya?

"Dih? Pede amat?" Vicky menyimpan benda pipih ditangannya itu ke dalam tas kecil yang ia selempangkan, buru-buru berjalan agar segera tiba di dalam gerbong kereta dan melupakan semua serpihan-serpihan kenangan yang pernah terjadi bersamanya di kota ini. Intinya hari ini ia harus tiba di rumah dan melakukan seluruh aktivitas yang sudah lama tak ia lakukan semenjak merantau secepat mungkin 

✳✳✳

Hari ini malam rasanya datang lebih cepat daripada dugaan Aysha dan Jayden. Rasanya baru tadi pagi mereka melakukan aktivitas bersama, tapi sekarang keduanya harus berhadapan dengan gelapnya malam. Tak hanya sampai disitu, hujan yang melanda kota pun ikut menjadi bagian peramai kisah mereka di hari yang singkat ini. Jalan raya sangat padat, maka Aysha dan Jayden memutuskan untuk bersantai sejenak di hotel tempat Jayden menginap. 

Tentu bukan di dalam kamar, melainkan di sebuah cafe yang sangat nyaman untuk dijadikan tempat bersantai. Ditemani segelas susu hangat dan juga roti panggang untuk mengisi perut. 

"Setengah jam lagi, kalau jalanan sudah mulai renggang, gue anter ke asrama lo ya?" Jayden menyeruput segelas susu yang ia pesan dan dibalas dengan angguka kepala Aysha. Wanita berparas cantik itu sepertinya paham akan situasi tak terduga kali ini, maka ia hanya diam dan ikut menikmati segelas susu yang sudah ia pesan barusan. 

Selepas itu, tak ada lagi dialog yang terjalin diantara sepasang kekasih tersebut. Jayden yang asik menikmati pemadangan diluar sana dalam hening, sementara Aysha nampak membuka ponselnya untuk memeriksa pesan terbaru sekaligus memberi tahu teman-teman satu kamarnya bahwa ia akan pulang sedikit telat hari ini. Jangan sampai dia dikunci diluar gara-gara pulang kemalaman. 

"Ish!" Tidak ada angin yang ada hanya ada hujan, tiba-tiba gadis itu mendecih sebal dan membanting pelan ponselnya ke atas meja. Tentu saja tindakan Aysha berhasil menarik perhatian sang kekasih sehingga Jayden refleks menoleh kedepan untuk memastikan apakah wanitanya itu baik-baik saja atau tidak. Dengan tatapan lembut, Jayden mencondongkan tubuhnya kedepan sebelum bertanya. 

"Kenapa sih Sa?" Tanya pria itu dengan intonasi suaranya yang terasa hangat sekalipun hujan membawa hawa dingin ke ruangan ini.

"Bete." Hanya itu jawaban Aysha. 

"Bete karena?"

"Mina ngajak nonton konser." 

"Kenapa bete? Dia kan cuman ngajak nonton konser?"

MR. PRANKSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang