9. Menyebar Luas

369 70 4
                                    

Sesuai janjinya, Sam menemani Vicky berbelanja malam ini.

Seharusnya ia sudah terbiasa menemani seorang wanita berbelanja. Mengingat setiap akhir bulan juga ia terbiasa menemani sang mama belanja kebutuhan pribadi maupun bulanan keluarga. Namun entah mengapa, menemani Vicky sangat berbeda dengan sang mama. Entah karena dirinya sudah lama tidak melakukan aktivitas itu, atau memang Vicky yang aneh.

"Padahal dress tadi itu bagus, tapi sayang banget gak ada warna pink." Vicky mengigit roti bakar ditangannya dan menoleh ke sisi kanan dan kiri, sementara Sam hanya fokus berjalan kedepan tanpa menanggapi apapun. Ia bosan, ia tak bisa menutupi perasaan ini karena sudah dua jam berkeliling mall, dan yang gadis itu dapat hanyalah sepasang sepatu berwarna putih.

"Vicky, lo bisa gak jangan picky? Warna di dunia ini bukan cuman warna pink doang." Pria itu akhirnya membuka suara, menyampaikan kejenuhannya sebab harus berkeliling tempat yang sama sampai tiga kali malam ini. "Lo bisa pake warna putih, abu-abu, kuning, ada banyak warna yang bisa lo pake."

"Tapi Vicky sukanya warna pink."

"Kan gue udah bilang, Vicky jangan picky!?"

"Warna ungu ya?"

"Iya-iya, terserah."

"Berarti nanti Kak Sam pake warna ungu juga."

"Lho? Kok gue jadi ikutan!?" Protes pria itu tak terima.

"Kan kita pacaran, masa warna bajunya beda?" Dengan sangat amat polos, Vicky melontarkan kalimat itu. Tanpa ia sadari, bahwa kedua pipi Sam sontak memanas begitu Vicky melontarkan kalimat tersebut. Namun begitu gadis bersurai panjang tersebut menoleh kepadanya, Sam langsung buru-buru membuang muka agar Vicky tak bisa melihat pipinya yang mungkin sudah semerah buat tomat saat ini.

Pacaran-pacaran, suka seenaknya banget kalau ngomong.

"Kita kan pacaran cuman di depan Jayden doang, jadi lo gak usah menghayal sampai sejauh itu. Pokoknya buruan beli, terus kita makan. Udah."

"He'em, bawel..."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Setelah Vicky membeli dress-nya untuk festival esok hari, akhirnya Sam bisa mengistirahatkan kaki dengan duduk di salah satu kursi restaurant tempat mereka makan malam hari ini. Niat kedua insan itu hanya ingin mengisi perut, namun ternyata restaurant sedang mengadakan event sehingga cukup banyak pengunjung yang menghabiskan waktu makan malam bersama mereka di tempat ini.

"Kak Sam, sini lambai-lambai ke kamera, Vicky mau laporan ke mama..." Vicky mengarahkan kameranya kepada Sam, dan pria itu hanya menoleh seraya menaikkan sebelah alisnya asal. Ia terlanjur kesal dengan gadis itu malam ini. "Sudah, silahkan di makan makanannya," ucap gadis bersurai hitam itu setelah selesai mengirimian gambar kepada sang mama dikejauhan sana.

"Kak Sam," panggil Vicky lagi.

"Hm?"

"Bisa gak sih Vicky kasih tahu ke Johny kalau kita disini lagi pura-pura pacaran di depan kak Jayden?" Tanya Vicky tiba-tiba.

"Bisa." Tanpa keraguan, Sam menjawab seperti itu.

"Bisa?"

"Bisa dipenggal kepala kita sama dia."

Sontak gadis itu mengerucutkan bibirnya dan mengangguk paham, lalu ia mulai menyendokkan kuah sup kedalam mulut. Tak ada lagi komunikasi yang terjalin diantara dua insan tersebut, Vicky tengah larut akan nikmatnya menu makan malam hari ini, sementara Sam tiba-tiba melirik kepada Vicky sembari menyeruput minuman kesukannya.

MR. PRANKSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang