"Gue pernah pacaran sama Vicky."
Kedua mata Johny yang sempat terpejam akibat rasa kantuk nan mulai melanda, kini kembali terbuka begitu mendengar pengakuan dari sang kakak. Pria bermata indah itu sontak mendudukkan tubuhnya diatas tempat tidur dan menggeleng pelan seraya sebuah seringai tercipta pada paras mengantuknya itu.
"Gak mungkin," Johny terlihat tidak percaya.
"Serius John, gue pernah pacaran bohongan sama dia."
"Makin gak mungkin lagi anjir," Johny tertawa pelan dan kembali merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, seperti posisi semula.
Namun kali ini ia tak langsung memejamkan matanya seperti tadi, melainkan memandangi langit-langit kamar dengan tatapan yang tak dapat dipahami maknanya. Walau ia sempat memiliki firasat tidak mengenakkan antara kakak dan sahabatnya itu, tetapi Johny masih belum paham mengenai konsep 'pacaran bohongan' yang Sam katakan padanya barusan. Ingin rasanya ia bertanya akan hal itu kepada sang kakak, tetapi ia tak mau menunjukkan sisi percayanya akan perkataan Sam yang dianggap omong kosong olehnya.
"Vicky itu gak pernah pacaran, dia itu polos banget dalam hal begituan. Lo kalau mau cari pacar bohongan, gak mungkin jadiin Vicky sebagai sasarannya kan? Karena selama gue kenal sama lo, lo itu manusia yang paling gak mau terlihat konyol di depan orang-orang." Johny akhirnya bersuara, dengan kedua tangan dilipat dibelakang kepala, dan tatapan yang masih setia menatapi langit-langit kamar.
"Tapi kenyataannya gue malah manfaatin dia dan dia juga setuju. Terus, Jayden pun bahkan percaya kalau kita pacaran."
"Hah? Bahkan kak Jayden pun kalian bohongin?"
Untuk kedua kalinya Johny mendudukkan tubuhnya diatas tempat tidur, bahkan kali ini sampai menimbulkan suara bising dari ranjang tersebut, sehingga Sam yang sedari tadi hanya duduk santai mengutarakan semuanya kepada sang adikpun sontak hampir berdiri karena mengira Johny akan menghajarnya. Namun syukurlah, adiknya itu hanya duduk dan menatapnya dengan kedua mata yang terbuka lebar. "Lo... lo itu ngapain sih Bang disana?" Akhirnya Johny jatuh juga dalam percakapan ini.
✳✳✳
Fr : Jayden
To : AyshaGue udah sampe... dijemput di kamar atau gue tunggu di lobby?
Fr : Aysha
To : Jayden
Gak usah repot2 ke dalem, gue aja yang ke parkiran.
Fr : Jayden
To : AyshaLama gak? Bosen gue kalau nunggu di mobil lagi Shaaa wkwk
Fr : Aysha
To : JaydenTunggu 10 menit yaaa. Soalnya di kamar temen2 baru pada selesai mandi, ga enak kalau ada lo Jayy
Fr : Jayden
To : AyshaWuaw, ok
Jayden mengigit bibir bawahnya dan langsung melempar benda pipih ditangannya itu pada kursi mobil disampingnya. Ia lupa jika Aysha memiliki teman sekamar, sebab selama ini gadis itu tinggal seorang diri di apartemennya. Jadi pupus sudah harapan Jayden untuk melihat tempat tinggal sang kekasih. Yah, paling tidak ia bisa meraba-raba bagaimana keadaan kamar Aysha lewat foto-foto random yang sering wanita itu kirimkan padanya, atau ketika mereka sedang melakukan panggilan video.
"Kak Jayden?"
Jay yang tengah melamun sontak terkejut dan menoleh kesamping. Benar saja, diluar jendela terdapat seorang wanita bersurai panjang dengan mata besar tengah menyapanya. Biar Jay ingat-ingat sebentar, sosok nan tengah berada dihadapannya ini adalah... Mina? Benar bukan? Tepat sekali tanpa sengaja Jayden membaca name tag gadis itu yang terletak pada dada sebelah kanannya. Ternyata benar, Mina.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. PRANKSTER
Teen FictionVicky dan Johny adalah dua sahabat kecil yang tak bisa dipisahkan. Maka tak heran Sam, kakak laki-laki Johny, sering meledek keduanya sampai semua orang mengira dua sahabat itu berpacaran. Sampai suatu masa dimana Vicky keterima di kampus yang sama...