"Ketemu besok ya,"
"Yo, hati-hati."
Sam mengangkat satu tangannya sekilas kepada beberapa rekan satu kelompoknya, sementara satu tangannya yang lain ia simpan di dalam saku celana. Begitu ia melihat teman-temannya menghilang tenggelam dalam kerumunan para mahasiswa di siang hari bolong, pria berkemeja biru tua penuh motif itupun langsung berbelok arah menuju kantin.
"Halo Vic..."
Mendengar sebuah nama yang tak asing di telinganya tersebut, Sam sontak menoleh kebelakang dengan tatapan tak suka. Bukan karena ia membenci Vicky, hanya saja ia sedikit penasaran mengapa suara yang menyebutkan nama gadis itu adalah suara milik pria?
"Hai!" Seru Vicky riang.
Hari ini penampilan gadis bertubuh tinggi semampai itu sedikit berbeda dari hari-hari biasanya. Tak ada aksesori warna pink nan melekat pada tubuh wanita itu. Vicky hanya memakai dress selutut berwarna biru muda, serta kardigan berlengan panjang warna biru tua nan melekat baik pada tubuhnya. Cantik sekali.
Sepertinya apa yang dikatakan Sam ada benarnya juga. Buktinya semenjak ia melepaskan diri dari warna merah muda, keberadaannya mulai diperhitungkan oleh orang-orang di kampus ini. Tak ada lagi pandangan negatif nan dilayangkan padanya, atau cemohan-cemohan tak berdasar nan mengiris hatinya selama berada di kampus.
"Cie, bajunya sama-an." Ucap Sam tiba-tiba.
Gadis dengan surai panjangnya yang diikat setengah itupun langsung menoleh pada sesosok pria berkemeja biru tua nan tengah berdiri disampingnya saat ini. Kedua mata Vicky sontak terbelak dan menunjuk baju Sam dengan raut penuh keterkejutan.
"Aku gak ngikutin kakak!" Serunya dengan suara pelan. Ia bahkan menghentikan langkah kakinya, sehingga Sam juga ikut melakukan hal yang sama.
"Ah masa sih?"
"Seriusan Kak. Aku kira Kakak bercanda mau pakai baju biru, tadi pagi tuh aku bingung mau pakai baju apa... makanya aku kepikiran warna biru itu. Ish! Kalau tahu kakak warna biru mah, aku pake warna lain--"
"Sht! Gak usah banyak cingcong deh," Sam meletakkan jari telunjuknya tepat di depan bibir Vicky, sehingga gadis itu sontak terdiam dan terpaku dengan permukaan bibirnya yang disentuh oleh Sam saat ini. Sadar hal ini membuat kecanggungan melanda keduanya, maka dengan jahil Vicky menjulurkan lidahnya keluar sehingga Sam langsung berteriak menarik jarinya kembali.
"Ehh!!" Serunya tak suka.
"Wle!" Vicky menjulurkan lidahnya jahil dan beranjak tuk pergi.
Tapi jangan panggil Sam dengan nama itu jika ia rela ditinggal sebagai pengecut. Seolah tak pernah kehabisan ide tuk menjatuhkan lawan, kini ia sudah menarik Vicky dengan satu tangannya yang dijilat tadi, dan kembali merangkul gadis itu seperti biasanya.
"Lepasin ih, aku mau ke gedung tata busana!" Seru gadis itu kepada kekasih bohongannya ini.
"Aku temenin," balas Sam.
Setelahnya tak ada lagi penolakan dari Vicky, sehingga keduanya tetap berjalan dengan posisi seperti ini. Tak lupa, Sam juga kembali menolehkan wajahnya kebelakang, tepatnya pada dua orang pria nan ia ketahui tengah memperhatikan kekasihnya itu sedari tadi. Dengan tatapan tajam, Sam memasang seringai mematikannya sebelum mereka berbelok menuju jembatan yang menghubungkan fakultas mereka dengan fakultas teknik.
Entahlah dua pria tadi datang ke festival kemarin atau tidak. Bisa-bisanya masih ada yang berani menggoda Vicky dikala satu kampus ini seharusnya tahu bahwa mereka tengah berpacaran.
✳✳✳
"Seriusan lo ketemu Jay di pemakaman!?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. PRANKSTER
Teen FictionVicky dan Johny adalah dua sahabat kecil yang tak bisa dipisahkan. Maka tak heran Sam, kakak laki-laki Johny, sering meledek keduanya sampai semua orang mengira dua sahabat itu berpacaran. Sampai suatu masa dimana Vicky keterima di kampus yang sama...