Sam tengah mencuci cangkir yang ia kenakan untuk minum tadi, dan ditengah-tengah aktivitasnya itu, tiba-tiba pintu kamar terbuka tepat begitu ia tengah mematikan keran pencuci piring. Sam bisa melihat raut wajah gugup Vicky sekarang, menggambarkan fakta bahwa gadis itu telah mengingat semua perbuatannya semalam.
"Sudah ingat?" Tanya Sam yang kini tengah menarik satu kursi untuk di duduki oleh Vicky, sementara kursi lainnya untuk ia duduki.
Berbeda dengan pria berkaos hitam nan terlihat santai-santai saja saat ini, Vicky justru sebaliknya. Gadis itu terlihat bak sesosok manusia nan baru saja melakukan kesalahan atau kejadian memalukan, dan berkali-kali ia menarik ujung surai panjangnya merutuki diri sendiri. Ingin rasanya Sam tersenyum melihat tingkah Vicky, tetapi ia harus bisa mengontrol situasi agar tetap seimbang.
"Sudah ingat?" Tanya Sam sekali lagi dan Vicky hanya mengangguk lesu.
"Sudah," jawab gadis tersebut.
"Apa yang lo inget tentang kemarin?" Tanya Sam lagi.
"Vicky... Vicky inget kalau Vicky..." tak ada lanjutan, Vicky hanya menggantungkan kalimatnya di udara, apalagi begitu ia mengangkat wajahnya menghadap kedepan, tepat di depan matanya kini terdapat Sam nan tengah menatapnya lurus. Siapa pula orang yang kuat mengakui perbuatan memalukannya ketika ditatap seperti itu? Ditambah orang yang menatapnya ini memiliki sangkut-paut terhadap kejadian itu. Maka Vicky hanya menghela nafas kesal dan memukul permukaan meja pelan, "Kak Sam dengerin Vicky dulu!" Dumelnya.
"Iya-iya gue denger, makanya jelasin."
"Ya pokoknya Vicky melakukan hal yang memalukan semalam. Udah, puas? Sekarang Kak Sam lupain aja ya semuanya?"
"Lupain?" Tanya Sam yang dijawab dengan anggukan kepala Vicky, "Segampang itu lo nyuruh gue lupain?" Tanya Sam lagi.
"Memangnya mau gimana lagi Kak? Lagipula Kak Sam gak suka juga kan sama Vicky? Jadi ya udahlah, anggap aja angin lalu." Vicky mengibas-ngibaskan tangannya di udara, dan Sam hanya tersenyum miring menggelengkan kepala pelan. Masih tak habis pikir dengan jalan pikiran Vicky yang pendek sekali baginya.
"Seandainya lo orang asing, orang yang gak gue kenal dan pacaran kontrak atau pacaran pura-pura sama gue, mungkin gue bakal bisa lupain semuanya. Gue gak bakalan peduli dia punya perasaan sama gue atau engga. Tapi masalahnya lo bukan orang sembarangan dimata gue Vic, lo adek gue."
"Ya terus kenapa?"
"Kita harus lurusin semuanya."
"Mau lurusin apalagi? Bukannya semalam Kakak sudah lurusin semuanya? Vicky masih inget kok sama semua perkataan Kakak. Mulai dari bilang kalau perasaan Vicky cuman rasa suka semata, sampai yang lain-lain. Terus Kak Sam mau jelasin apalagi? Kakak mau jelasin semuanya ke Vicky yang lagi sadar total sekarang?" Tanya Vicky panjang lebar, "Vicky gak mau dengar kalau semua kata-kata itu sama aja kayak yang Kakak katakan semalam."
"Vic, gue cuman mau jelasin kedepannya gimana. Gue gak mau memutus perjanjian ini begitu aja. Diawal gue ngajak lo buat terlibat sama ini semuapun, gue ajak lo bicara baik-baik. Masa iya diakhir perjanjian gue cuman ngelepas lo begini aja?"
"Gak masalah, Vicky tinggal bilang ke orang-orang kalau kita putus kan?"
"Bukan cuman itu Vic, lo tahu gak kalau Sully dan teman-teman lo nguping percakapan kita? Lo mikir gak gimana jadinya kalau semua ini sampai ke telinga Jayden atau Johny? Terus yang parahnya lagi, gimana kita bersikap pas pulang ke rumah nanti? Lo tahu kan kalau sebentar lagi kita liburan dan pulang ke rumah? Lo kepikiran sampai sana gak?"
Masih belum ada balasan dari gadis dihadapannya itu, Sam bisa melihat sorot mata Vicky menatap tajam kebawah. Tak ada yang tahu apa isi pikiran gadis berkaos biru dongker dihadapannya ini, tapi satu yang pasti bahwa Vicky tengah memikirkan semuanya. Tentu saja kali ini dengan pola pikir yang jauh lebih dewasa dari Vicky beberapa bulan lalu nan masih polos dan lugu. Sebab sekarang ia sudah mengenal apa itu luka dan rasa kecewa, maka Vicky tak akan sembarangan melangkah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. PRANKSTER
Teen FictionVicky dan Johny adalah dua sahabat kecil yang tak bisa dipisahkan. Maka tak heran Sam, kakak laki-laki Johny, sering meledek keduanya sampai semua orang mengira dua sahabat itu berpacaran. Sampai suatu masa dimana Vicky keterima di kampus yang sama...