SPD 4

82 10 7
                                    

Mobil Ares memasuki kediamannya, segera Kanaya turun dengan kaki yang sengaja di hentakan keras hingga memasuki rumah sedangkan Ares hanya bisa menggeleng dengan tingkah Kanaya segera saja dirinya mengeluarkan semua belanjaan dari dalam bagasi kemudian menyusul Kanaya memasuki rumahnya.

Brak ...

Baru saja Ares meletakkan plastik belanjaan dimeja dirinya harus dikejutkan dengan suara keras pintu yang ditutup.

Siapa lagi pelakunya kalau bukan Kanaya?

"Naya bisa enggak nutup pintu pelan pelan!" seru Ares dari lantai 1.

"Kanaya nya tidur enggak bisa diganggu!" Jawaban dari atas membuat Ares terkekeh geli.

Kalau Kanaya tidur terus yang menjawab siapa? mereka cuma berdua dirumah.

"Oooo ... Jadi Kanayanya lagi tidur?" tanya Ares lagi, namun tak terdengar jawaban dari atas.

Ares tersenyum miring "padahal tadinya saya mau ngasih tahu kalau ada ice cream cokelat di kulkas kalau Kanaya tidur yaudah buat saya aja!?" seru Ares dengan suara keras agar Kanaya mendengarnya.

Caklek ...
Seketika bunyi pintu kamar terbuka, dan muncullah Kanaya yang menuruni undakan tangga karena kamarnya berada dilantai dua.

Tanpa basa-basi Kanaya langsung melangkah menuju kulkas dan membukanya. Matanya seketika berbinar melihat ice cream cokelat dengan berbagai merek ada disitu.

"Enggak marah lagi?" tanya Ares melihat Kanaya sudah anteng makan ice cream dan duduk lesehan diruang tamu.

"Siapa yang marah?" tanya Kanaya polos masih menikmati ice cream ditangannya.

Ares mendengus "iyain deh,"

Keduanya saat ini duduk diruang tengah, Ares yang fokus dengan televisi didepannya dan Kanaya yang masih saja asik dengan ice cream cokelatnya.

"Bersihin muka kamu gih, tuh belepotan. Umur udah dua puluhan makan masih berantakan," omel Ares dengan tangannya menyodorkan tisu yang memang tersedia diatas meja.

Kanaya mencebik namun tak ayal menerima tisu yang disodorkan oleh Ares yang kemudian dirinya gunakan untuk mengusap wajahnya yang belepotan.

"Jangan ngomel ngomel dulu deh Pak, entar makin tua loh," ujar Kanaya.

Terlihat Ares melotot "enak aja, saya masih muda gini," timpal Ares.

"Muda dari mana coba?" gumam Kanaya yang masih bisa didengar oleh Ares.

Pletak ...

"Ih ... Bapak kok mukul sih!" seru Kanaya jengkel mengusap keningnya yang mendapatkan sentilan gratis dari Ares.

Ares mendekat mengikis jarak diantara hingga membuat Kanaya terpaku.
Jarak keduanya tinggal sejengkal lagi membuat Kanaya menahan nafas.

"Kamu lihat saya, apakah wajah saya kelihatan tua?" tanya Ares membuat Kanaya menatap lekat Ares, matanya tajam namun ada keteduhan dibaliknya, rahangnya yang kokoh serta wajah mulus tanpa tumbuh rambut (kumis or janggut), Ares tipe pria maskulin yang Kanaya baru sadar memiliki wajah yang amat tampan.

"IYA KELIHATAN TUA!" seru Kanaya yang segera menjauh dari Ares.

"Saya baru juga 27 nay," gerutu Ares jengkel.

"Ya kalau enggak mau dibilang tua, jangan sering marah marah," ujar Kanaya, entah kenapa hawanya sedikit panas.

"Wajah kamu kok merah?" pertanyaan Ares membuat Kanaya memalingkan wajahnya.

"Enggak tahu ah! Naya mau kekamar aja," setelahnya Kanaya sudah ngacir menuju kamarnya meninggalkan Ares.

Ares menatap dirinya dipantulan kaca yang tergantung di ruang tengah.
"Gue kelihatan muda tuh, ganteng lagi enggak ada tua tuanya deh," monolog Ares menatap wajahnya sendiri dipantulan cermin.

Sarangeo Pak Dosen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang