SPD 3

119 11 1
                                    

Play music: LOVE (ost are you human?)




Suasananya didalam mobil Ares tampak hening, hanya terdengar suara Kanaya yang masih sesenggukan sehabis menangis.

"Udah, jangan nangis lagi," dengan lembut Ares menggenggam tangan Kanaya dan tangan nya yang lain mengemudi.

"Hiks ... tadi, Naya takut banget tahu," adunya dengan sesenggukan.

Apakah Ares jahat jika dirinya ingin tertawa merasa gemas melihat Kanaya Sekarang?

Ares menepi kan mobilnya kemudian berhenti, dirinya tidak mungkin mengemudi dengan gadis disebelahnya masih sesenggukan.

"Kenapa mobilnya berhenti?" tanya  Kanaya dengan suara parau.

Ares tersenyum tipis kemudian mengelus pucuk rambut Kanaya yang membuat sang empunya mendongak menatap Ares.

"Saya enggak suka kamu nangis," ujar Ares dengan tangannya beralih menyapu bulir air mata  yang masih menetas di wajah Kanaya membuat Kanaya tertegun.

"Kalau Momy dan Dady nangis Kanaya sedih enggak?" tanya Ares yang dibalas anggukan kepala oleh Kanaya.

"Sama kayak Kanaya yang sedih kalau lihat Momy dan Dady nangis, saya juga bakal sedih kalau kamu nangis," ujar Ares lembut.

Kanaya tertegun dan menatap Ares membuat yang ditatap merasa gugup.
"Kenapa Pak Ares sedih lihat Naya nangis?" pertanyaan Kanaya membuat Ares gelagapan sendiri dan menggaruk kepalanya berusaha untuk tetap stay cool.

"Ya, karena ... Mm alasan saya sedih lihat kamu nangis sama saat kamu sedih melihat Momy dan Dady yang nangis," jawab Ares kemudian mengalihkan pandangannya agar tidak bersitatap dengan Kanaya.

"Alasannya sama dengan Naya ya ...," Kanaya bergumam memikirkan jawaban Ares.

"Kalau gitu kita pulang sekarang ya, kamu jangan nangis lagi" Ares mengucapkannya dengan cepat tak ingin pembahasan ini berlanjut dan bergegas menjalankan kembali mobilnya yang menepi.


                          ______000_______

Mobil Ares berhenti tepat dihalaman rumahnya, Ares keluar dari mobil diikuti oleh Kanaya.

"Pak!" panggil Kanaya yang membuat Ares menatap Kanaya.

"Alasan Kanaya sedih lihat Momy dan Dady nangis karena Kanaya sayang sama Momy dan Dady, berarti Pak Ares sayang sama Kanaya?" Pertanyaan itu meluncur lancar dari bibir Kanaya membuat Ares terpaku sesaat.

Keduanya tampak hening dengan Kanaya menatap Ares menunggu tanggapannya.
Sedetik kemudian Ares  tersadar dan tersenyum amat manis kemudian mengelus pucuk rambut Kanaya seperti biasanya.
"Iya saya sayang sama kamu, kalau gitu ayo kedalam Bunda pasti udah nungguin" jawab Ares kemudian melangkah masuk kedalam rumah sedangkan Kanaya yang masih mencerna maksud dari Ares terpaku sesaat namun kemudian ikut masuk kedalam rumah.

"Sudah pulang?" Pertanyaan dari wanita paruh baya terdengar setelah Ares baru saja masuk dibelakangnya ada Kanaya.

Ares tersenyum "iya Bunda," jawabnya kemudian menyalim wanita paruh baya tersebut diikuti oleh Kanaya.

Widya Saraswati, Bunda dari sosok Ares.
Wanita paruh baya yang sudah menginjak usia kepala 5 masih tampak cantik dan awet muda dengan potongan rambut sebahu.

"Naya nangis?" tanya Widya terkejut melihat mata gadis yang sudah dianggapnya putrinya sendiri bengkak.

Kanaya tidak menjawab hanya memeluk Widya yang disambut Widya dengan elusan dipunggung Kanaya.

Widya menatap Ares menuntun penjelasan.
"Kamu apain Putri kesayangan Bunda?" tanya Widya.

"Ares enggak apa apain Bunda," jawab Ares, astaga sebenarnya disini siapa anak kandung Bundanya sih?

Sarangeo Pak Dosen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang