Empat

590 54 2
                                    

" Sudah Selesai..." Gulf menekan perban bekas luma Maxii dengan Kapas beralkohol. Jahitan di Lengannya dibuka. Luka juga terlihat mengering dengan baik. tidak meninggakan bekas Keloid. 

" Terima Kasih Dokter Gulf.." Ucap Maxi. Gulf mengangguk lembut. "Kau pasti meminum habis semua obang yang aku berikan.." Puji Gulf. Maxi nyegir kuda. 
" Pasti. Aku kan tidak mau membuat Dokter Gulf kecewa kalau sampai obatnya tidak aku habiskan." Jawab Maxi lengan bajunya di turunkan.

"Lain kali harus hati hati." Pesan Gulf lagi 

"Aku dengar kau bertemu dengan Mew? Ternyata kau juga punya perusahaan ya?"

Maxi tersenyum.
"Masih perusahaan kecil. Sebenarnya siapa yang tidak mengenal Mew Suppasit. Dia kan CEO terkenal. Aku tidak menyangka malah mengenal dia dari kekasihnya" Puji Maxi. Gulf balas tersenyum.

"Tidak ada yang spesial dari menjadi kekasih CEO. Aku tetap membutuhkan dia sebagai orang biasa. Membutuhkan waktunya. Membutuhkan keberadaannya. Uang tidak menjamin kebahagiaan pasangan selamanya."

"Artinya kalau Mew tidak punya apa apa kau masih mencintai nya?"

Gulf mengangguk mantap.
"Aku mencintai dia sebagai dirinya sendiri. Bukan sebagai apa yang di puji orang. Yah begitulah.." Gulf tersipu malu

"Beruntung nya kalian satu memiliki segalanya. Satunya lagi menerima apa apanya. Aku ingin satu yang sepertimu."

Gulf terbelalak lalu tertawa.
"Kau bisa becanda juga." Ujarnya

"Aku serius. Aku rasa keberhasilan Mew Suppasit juga karena ada kau didalamnya. Aku jadi ingin memiliki juga."

Gulf tertawa, sedikit tertekan. Wajah Maxi tidak terlihat seperti sedang bercanda.

"Tenanglah.. Aku hanya bercanda. Aku bisa hidup sengsara kalau mengganggu kekasih Mew.. Bagaimana kau bisa bertahan dengan Mew? " Ungkapnya.

"Mew selalu percaya padaku. Dia juga mengerti segala kesibukan ku. Karena itu aku bisa bertahan dengannya.." Jawab Gulf enteng

"Ahh aku seperi nya salah langkah. Semangkin aku mendengar cerita cintamu dengan Mew. Hatiku sedikit agak sakit.." Maxi bangkit dari duduknya.

"Baiklah nyonya Suppasit.  A. Apa boleh aku memanggil mu seperti itu."
Gulf tertawa
"Terserah padamu.. "
"Aku permisi. Kalau ada waktu. Ku harap kau mau menerima ajakan makan siangku" Tawar Maxi lagi.
Gulf mengangguk setuju

Dari luar klinik. Pria kemeja hitam sedang memandang dari kejauhan.
Dia melihat Gulf keluar mengantar seorang pasien.
Sebenarnya ingin segera di hampiri nya Gulf saat ini juga. Tapi di urungkan. Ada hal penting yang akan dia selesaikan.

"Masuklah Phi..." Up terlihat lebih tenang. Walau dalam hatinya masih ada perasaan takut dan bersalah

Kao menurut mengikuti Up sampai keruang tamu.
"Tolong buatkan Kopi dengan Sesendok gula." Pesan Up pada pembantu rumahnya
"Silahkan duduk Phi." Kao menurut dan duduk di sofa. Jaraknya dengan Up juga tidak terlalu jauh.

"Ada apa kau memanggilku kemari." Suara Kao terdengar keras dan dalam
"Aku ikut senang kau sudah keluar dari penjara." Up mengangkat wajahnya menatap Kao. Kao meringis sinis
"Senang kau bilang? Bukannya keluarga mu menuduhku memperkosa mu. Pelecehan seksual?? Cihhh..." Kao semangkin sinis.
Mata Up mulai berkaca.

"Kalau kau menerima ku. Semua tidak akan jadi seperti ini Phi."
Kao langsung bangkit.

"Menerima apa mau mu? Haaa? Selama ini kau orang yang kupercaya.. Kau lihat sekarang!! Kau lihat jadi apa aku sekarang!! Kau puas?!!!!"

AKU bukan CINTA PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang