Adara melompat ke ranjang dan segera menarik selimut. "Aku harus cepat tidur!? Aku harus..."
Dean sedang di kamar mandi. Sudah tidak ada tamu atau gemuruh pesta.
"Yang harus kau lakukan hanyalah menahan sakitnya..."
Kalimat Keisha terngiang-ngiang di kepalanya. "Huwaaaa!!!! Aku tidak siap!!!!"
Adara memejamkan mata cepat. Malam ini bukan ide yang bagus untuk malam pertama.
Adara mendekap erat gulingnya.
Tak lama, Dean keluar dari kamar mandi dan melihat gundukan di kasur.
"Apa dia tidur? Secepat itu?" Tanyanya pelan.
Adara masih mendengar suara Dean disana. Ia masih tak bisa tidur.
Dean melangkah ke ranjang dan berbaring di samping Adara yang membelakanginya.
Sementara Adara mulai keringat dingin.
Dean bergerak mendekap Adara dari belakang, itu membuat Adara tersentak.
"Ternyata belum tidur?" Tanya Dean. Adara diam, tak tahu harus menjawab apa.
Dean menopang kepalanya dengan tangan. "Adara..."
Adara tak punya pilihan selain berbalik dengan wajah paniknya.
"Hhmmm?" Dean tertawa saat mendengar dehaman istrinya itu.
"Kenapa?"
"Tidak apa-apa..." Ucap Adara.
"Kau takut?"
"Ti-tidak!! Takut apa!?" Panik Adara.
Dean makin tertawa. "Tidak... Ya, mungkin aku hanya salah kira..." Ucap Dean.
Adara membuang wajah, namun di tahan oleh Dean.
"Sssttt... Tidak sopan membuang wajah seperti itu." Ucap Dean.
Adara menatap Dean. "Sekarang?"
Dean tertawa. "Lebih baik..."
Mereka saling diam beberapa saat, Adara setengah mati menahan diri untuk tidak beralih..
"Apa kita sedang lomba menatap?" Tanya Adara.
Tawa Dean kembali pecah.
"Kenapa kau lucu sekali?" Tanya Dean.
"Habisnya..."
"Kukira malam seperti ini kau akan berusaha menyerangku. Ternyata ketakutanku tidak terbukti..." Ucap Dean.
"Kau... Takut padaku?" Tanya Adara.
Dean menggeleng. "Tidak, aku hanya takut terkejut..."
Dean meletakkan kepalanya dan menarik Adara mendekat. "Tidurlah... Kau pasti lelah, bukan?" Tanya Dean memejamkan mata.
Adara diam, wajahnya terlalu dekat dengan Dean.
"Iya..."
15 menit bertahan. Adara mendengar nafas Dean teratur. "Sudah tidur?" Batinnya.
Tangannya bergerak menyusuri garis wajah Dean. Jika mereka punya anak, wajahnya harus seperti Dean.
Jarinya berhenti di dagu. Sedangkan matanya menatap bibir laki-laki itu.
"Tuan Dean sangat tampan, tapi jika ditanya, aku paling suka mata dan bibirnya."
Adara bergidik. "Tidak, tidak..."
Tapi... Adara menggigit bibirnya pelan.
Wajahnya mendekat kearah Dean. Saat Adara memilih memejamkan mata, Dean membuka matanya perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty And The Boss
RomanceAdara mendapatkan tugas untuk magang di sebuah perusahaan terbesar di kota berkat nilai pendidikannya yang terlampau memuaskan. Ia mendapat tempat sebagai sekretaris yang harus menghadapi boss nya yang dingin. Namun, semua tak sesuai ekspetasinya. ...