Risa duduk disana. "Kau sudah benar-benar pulih? Ada yang sakit?" Tanya Risa.
Lelaki itu menggeleng, "Aku sudah baik-baik saja." Ucapnya.
Risa menunduk, "Maaf, aku kehilangan bayi kita..." Ucap wanita itu pelan.
"Itu sudah lama, kenapa kau tidak mencoba ikhlas?" Tanya lelaki itu.
"Seharusnya sekarang dia sudah hampir lahir..." Ucap Risa.
Lelaki itu hanya tersenyum, ia khawatir bukan tentang bayi itu, justru ini tentang Dean.
"Bagaimana hubunganmu dan suamimu?" Tanya lelaki itu. Risa menatap lelaki itu.
"Kenapa kau membicarakannya?" Tanya Risa. Lelaki itu tersenyum.
"Hanya dia yang menjagamu sekarang, bukan aku..." "Kau ini bicara apa, Gio?" Tanya Risa.
"Siapa yang kau cintai sekarang?" Tanya lelaki bernama Gio itu membuat Risa mematung.
Mereka terdiam beberapa detik saling menatap. "Aku bertanya, Risa..."
"Aku mencintaimu..." "Kenapa kau tak terus terang dari awal? Sebelum perjodohan itu?" Tanya Gio
"Aku sudah berusaha, tapi kami sudah terikat bahkan sebelum aku mengenalmu. Bagaimana caranya aku menolak?" Tanya Risa.
"Semua tentang kejujuran, Risa. Aku juga tak bisa terus seperti ini." Ucap Gio, lelaki yang selama ini Risa sembunyikan dari Dean.
"Kau mengikatku, sedangkan aku juga butuh seseorang yang bisa kusebut istri..."
"Kau akan mencari wanita lain?" Tanya Risa. Gio menggeleng.
"Aku masih ingin menunggumu..." Ucap Gio.
Meeting selesai. Adara menarik nafas lega. Tak mengira jika sekretaris akan sesulit ini.
"Aku harap kita bisa bertemu lagi." ucap Randy. Dean mengangguk.
"Tentu saja." "Aku baru tahu jika kau mengganti sekretarismu..." Ucap Randy menatap Adara.
Adara tersenyum, namun ia menoleh kearah Dean. "Dia sedang magang di kantorku. Mungkin jika nilainya baik, aku akan memperkerjakannya di perusahaan." Ucap Dean.
"Cantik sekali..." Ucap Randy. Adara bersemu merah, "Terima kasih, tuan..."
"Jika sudah, kami akan kembali ke kantor. Adara harus memeriksa beberapa tugasnya." Ucap Dean.
"Baiklah. Silakan." Ucap Randy.
Dean dan Adara segera pergi kembali ke kantor, membiarkan Randy disana menatap mereka.
Adara mengikuti Dean buru-buru. Dean masuk kedalam mobil cepat.
"Setelah aku mengantarmu sampai di kantor, kau boleh tetap di kantor atau pulang ke rumah." Ucap Dean tiba-tiba.
"T-tapi tuan, jam pulang masih beberapa jam lagi. Mana mungkin saya pulang..."
"Aku boss nya, aku bisa melakukan apapun." Ucap Dean menyahut pembicaraan Adara yang belum selesai.
"Bu-bukan itu masalahnya, saya harus..."
"Aku ada urusan lain." Sahut Dean lagi.
Adara diam tak ingin kembali menyambung perdebatannya.
Adara tiba di kantor, ia segera keluar dan membiarkan Dean menjauh dari sana.
"Ada masalah hidup apa sebenarnya orang itu. Bisa-bisanya..." Ucap Adara pelan berbalik memasuki gedung kantornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty And The Boss
RomanceAdara mendapatkan tugas untuk magang di sebuah perusahaan terbesar di kota berkat nilai pendidikannya yang terlampau memuaskan. Ia mendapat tempat sebagai sekretaris yang harus menghadapi boss nya yang dingin. Namun, semua tak sesuai ekspetasinya. ...