<<JANGAN LUPA FOLLOW& VOMMENT>>
Kasih tau kalo ada typo hehe:v
Fanya menatap luar jendela dengan tatapan kosong, pagi ini dia merasa tidak enak badan. Semenjak kejadian dua hari lalu Fanya mengurung dirinya di kamar, bahkan untuk sekedar makan dia tidak turun ke bawah.
Menghela napas berat. “Apa yang harus aku lakukan?” Lirih Fanya merasa akan gila.
Oeek
Perhatiannya beralih pada Exel yang ikut terkurung bersamanya, membawa bayi itu kedalam gendongannya dengan sangat hati-hati.
“Apa yang harus Mami lakukan sekarang, Ex?” Lirih Fanya mengelus pipi lembut Exel.
Bayi itu tentu saja tidak bisa menjawab hanya bisa berceloteh tidak jelas dengan tangan yang mengudara.
Menghela napas. “Mami sudah mengambil keputusan, kita harus menyembuhkan penyakit kakak mu. Jadi mari berdamai dengan rasa trauma demi masa depan yang cerah untuk anak-anak Mami”
Dulu ketika masih menjadi Tiyas, dia akan sangat ketakutan jika bersentuhan atau pun berdekatan dengan robot-robot ayahnya meski mereka tidak akan menyakitinya namun tetap saja rasa waspada itu ada.
Dan kini orang mengerikan itu berada di dekatnya, jika sekarang dia tidak segera melawan rasa takutnya Axel pasti akan semakin liar. Dan Fanya tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi kepada putranya.
Jadi mari berdamai dengan rasa trauma, lalu ciptakan kebahagiaan tanpa takut berdekatan dengannya.
Fanya membawa Exel keluar, dia berniat untuk menemui putra pertamanya. Lorong panjang itu terasa hangat ketika Fanya mendengar celotehan bayi mungil di dekapannya sekarang ini.
Meksi baru menginjak bulan ketiga, ketampanan bayi itu sudah terlihat. Wajahnya sedikit mirip dengan Axel, namun sialnya keduanya tak ada yang mirip dengannya.
“Mami takan membiarkan kalian tumbuh menjadi manusia tak berperasaan. Anak-anak Mami harus menjadi pria hangat dan penyayang, mengerti putra manis” Gemas Fanya menggesekkan hidung mereka.
“Nyonya”
Fanya menghentikan langkahnya, menatap bibi Mey yang berdiri mendorong troli berisikan makanan.
Dahinya mengernyit. “Kenapa makannya masih sangat banyak?”
“Maaf nyonya, sudah dua hari ini tuan muda pertama selalu menolak makan. Saya khawatir tuan muda akan jatuh sakit jika terus seperti ini” Ujar bibi Mey sedih.
Fanya yang mendengar itu pun ikut sedih dan merasa bersalah, tak seharusnya dia egois mengabaikan Axel karena rasa traumanya.
“Baiklah biar aku coba membujuknya, boleh aku minta bantuan bibi. Tolong tata makanan ini di meja makan kami akan makan bersama” Ujar Fanya sopan.
Wajah bibi Mey nampak berbinar. “Baik nyonya. Tapi apakah nyonya sudah sehat?” Tanya bibi Mey hati-hati.
Fanya tersenyum. “Hanya sedikit pusing tidak akan membuat ku jatuh saat turun tangga bukan?” Gurau Fanya di respon kekehan kecil wanita itu.
“Baiklah kalau begitu saya undur diri untuk menyiapkan makanan nya, nyonya”
Bibi Mey pergi ketika sudah mendapatkan izin dari Fanya. Melihat bibi Mey yang sudah menjauh Fanya melanjutkan kembali perjalanan menuju kamar sang putra.
Tok
Tok
“Kakak bolehkah Mami masuk?” Teriak Fanya di balik pintu kamar putra pertamanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sepotong luka
FantasyTitaniyas Ambara. Wanita malang yang memohon kematiannya pada orang tercintanya, dia lebih memilih mati dari pada harus hidup dengan rasa penyesalan. Sedangkan Tifanya Cleoleen. Wanita arogan yang karirnya hancur karena awak media mengetahui rahasia...