9.

2.9K 338 12
                                    

<<JANGAN LUPA FOLLOW& VOMMENT>>

Kasih tau kalo ada typo hehe:v

“Dan mereka pun mati bersama” Seru Fanya menutup buku dongengnya.

Axel menatap Fanya yang sedang memeluknya dengan dahi mengkerut.

“Kenapa mereka mati bersama Mami? Bukankah masih ada kesempatan untuk ratu mencari raja lagi?” Tanya Axel meras bingung dengan ending cerita yang Fanya bacakan.

Fanya tersenyum, mengelus rambut hitam putranya. “Seorang wanita akan sangat sulit melupakan pria nya, hingga mereka memilih untuk sendiri atau pun ikut dengan prianya pergi. Sedangkan seorang pria akan dengan mudah mencari wanita lain dan melupakan yang lama” Jelas Fanya.

Axel mengernyit heran. “Apa semua pria seperti itu Mami? Aku tak ingin menjadi seperti mereka, aku ingin menjadi pria yang memiliki satu wanita untuk selamanya. Contohnya harus seperti Mami”

Fanya terkekeh. “Itu yang menjadi masalah, pria akan mencari sosok sempurna pada wanita yang sama sekali bukan kriterianya. Menimbulkan perdebatan kecil yang berakhir memilih jalan berbeda, jika saja pria itu mau memberitahu seperti apa keinginannya semua wanita pasti akan berusaha menjadi seperti kemauannya ya meski tidak sepuhnya. Sekarang sudah larut cepat tidur!” Tegas Fanya menepuk punggung Axel.

“Tapi Mam masih banyak yang ingin aku tanyakan pada mu” Rengek Axel.

Fanya menampilkan wajah garangnya. “Eh eh tidak mau menurut?”

“Aku tidur”

Dengan cepat Axel memeluk Fanya menenggelamkan wajahnya di buah dada wanita itu. Fanya yang melihat itu pun terkekeh pelan lucu sekali anaknya ini.

Cup

“Selamat tidur pangeran kecil”

Melihat Axel yang sudah tertidur, dengan hati-hati Fanya melepas pelukan mereka. Dari pagi tadi dia belum makan apa-apa karena terlalu kalut sehingga perutnya terus bunyi. Bahkan untuk sekedar mandi saja tidak, bajunya masih sama seperti pagi tadi.

Cup

“Mami pulang sebentar ya? Ax di sini sama kakak suster dulu” Ujar Fanya mencium puncak kepala putranya lalu pergi.

Fanya menutup ruangan putranya pelan agar tidak menimbulkan suara, menghirup udara luar dalam meski baunya sangat tidak enak. Berjalan menghampiri meja resepsionis.

“Permisi?”

“Iya ada yang bisa saya bantu?”

“Tolong tempatkan dua suster untuk menjaga kamar bulan nomor 18” Ujar Fanya sopan.

Resepsionis yang berjenis kelamin perempuan itu segera mencatat kedalam buku tebal.

“B-baik nona, atas nama siapa?”

“Tifanya Cleoleen”

“Baik nona, ada yang bisa saya bantu lagi sebelum mengirim dua suster kesana?” Tanya nya sopan.

“Iya, jangan biarkan siapa pun masuk dan katakan jika putra saya bangun ibunya akan kembali secepatnya” Ujar Fanya.

“Baik nona, apa ada lagi?” Fanya menggeleng kecil.

“Itu saja, untuk biaya gabungkan dengan biaya perawatan. Permisi” Ujar Fanya berlalu pergi.

Melihat Fanya keluar membuat resepsionis itu bernapas lega. “Auranya sangat mencengkram, aku sampai sesak” Lirihnya lalu menghubungi suster sesuai perintah wanita itu.

Tangannya masih gemetar dingin tiba-tiba di kejutkan dengan suara pria yang hampir membuatnya terkena serangan jantung.

“Boleh saya tau siapa wanita tadi”

Sepotong lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang