Chapter 45: Cinta "Kan"

6K 475 10
                                    

Karena dunia itu bulat atau amal yang sudah kulakukan di kehidupan masa lalu terlalu sedikit? Entahlah. Aku harus bertemu lagi dengan lelaki tampan pagi ini. Dia baru saja menghantui di acara lari, sekarang di resor yang sama denganku juga grup wisata yang sama. Di mana satu kelompok terdiri dari dua puluh orang; yang secara berpasangan sampai aku dipasangkan dengan seorang lelaki tampan lagi.

Aku ingin marah, aku tidak tahan!!

"Ayo kita berangkat." Pemandu itu mengangkat kepalanya untuk memberi tahu para anggota di dalam mobil van sebelum menutup pintu besar dan melangkah untuk duduk di samping pengemudi. Dan kita semua menuju ke tempat tujuan.

Ngomong-ngomong, sebelum kita sampai di tujuan, sepertinya orang-orang di sini harus tidur sebentar sekarang.

"Awas kepalamu!" Aku menggunakan seluruh kekuatanku untuk mendorong kepala si orang bijak itu yang tidurnya di bahuku.

"Ngantuk." jawab lelaki tampan itu dengan suara pelan, masih dengan mata tertutup dan kepalanya bergerak menunggu untuk jatuh ke arahku sepanjang waktu.

"Senderan di jendela."

"Nanti terbentur." protes lelaki jangkung dengan suara bercampur tidak senang.

"Biarin aja."

Lalu? Aku tidak peduli. Tidak masalah jika kena kepalanya sampai otaknya memburuk atau darah mengalir dari telinganya. Aku menoleh untuk melihat suasana di kedua sisi jalan yang hijau dengan banyak pepohonan. Menoleh ke orang di sampingku lagi. Dia tertidur dengan kepala bersandar ke jendela yang terbentur beberapa kali sesuai dengan irama mobil yang dikemudikan karena kondisi jalan bergelombang.

"Kepalamu bisa pecah." Gumamku dalam hati bercampur kekhawatiran di sudut terdalam pikiranku. Aku akhirnya memutuskan untuk menahan kepala lelaki itu untuk berbaring di bahuku. Dengan tubuhnya yang tinggi, aku harus sedikit mendekat agar lebih nyaman. Untunglah mobil van yang kunaiki adalah mobil kedua. Ada kurang dari sepuluh orang yang duduk dan tempatku duduk di baris terakhir. Jadi tidak ada yang melihat kondisi ini yang mengundang untuk berpikir kami lebih dari sekadar teman.

Jalannya berkelok-kelok seperti sedang bermain wahana di taman hiburan. Kesadaranku mulai kabur. Rasa kantuk menyerang.

Hm... aku akan tidur.

Ya...

Bantalnya empuk sekali. Kasurnya hangat dan aku perlahan membuka mataku sampai bisa menyesuaikan diri dengan cahaya alami dari luar. Tapi ini di dalam mobil, tidak ada bantal, tidak ada kasur, um... perasaan apa tadi?

"Kamu nggak apa-apa?" Sebuah suara dari seberang mengagetkanku. Ketika aku menengadah, dia menatapku. Pandangan lurus sempurna dan dia dengan tersenyum nakal.

Astaga... Sejak kapan aku tidur di bahunya? Karena aku ingat dengan jelas bahwa sebelum aku tidak sengaja tidur, lelaki tampan itu masih tidur di bahuku.

"Nggak apa-apa." kataku pelan. Aku mengangkat kepala dari bahu lebar lelaki tampan itu. Ketika ingin bergeser, aku menemukan fakta lain. Lelaki tampan itu memeluk pinggangku.

"Tanganmu." aku memperingatkan dengan suara rendah supaya dia buru-buru menarik tangannya.

"Bukannya lagi dingin?"

Pacarku Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang