Chapter 58: Status Baru

5.7K 478 9
                                    

Sebagai pacar, aku harus melakukan apa?

Siapa sangka orang sepertiku mengalami kebingungan pada pertanyaan ini, aku tidak pernah berpikir sama sekali untuk memperhatikan kisah cinta yang manis ini. Ketika sudah punya pacar, aku ingin menjadi pacar yang baik untuknya.

Jari menggulir layar ponsel untuk membaca artikel tentang topik terkait.

Memberi nama panggilan.

Ajak makan malam.

Nonton film.

Masing-masing terlihat menarik. Kecuali untuk opsi yang pertama yang tidak pernah terlintas di kepalaku. Katakanlah liburan ini untuk opsi yang ketiga tidaklah buruk. Aku menekan telepon untuk menemukan kontaknya. Namanya tidak berubah bahkan dengan status yang berubah sekarang.

'Kenapa nggak diangkat?'

Tidak ada respon darinya. Kucoba lagi dan hasilnya adalah...

'Silakan coba beberapa saat lagi'

Dari suasana hatiku yang sedang baik, jadi buruk.

"Makan dulu, nak!"

Ketika kepala sudah mendidih dan ingin membunuh orang, suara malaikat dari bawah memanggil. Aku berhenti memikirkan lelaki tampan sementara, bergegas beranjak dari tempat tidur menuju dapur.

Namun, ketika aku tiba... aku menemukan seseorang yang membuatku kesal. Duduk tersenyum manis di samping Bu Ratchanee.

Apa!!

"Kenapa kamu nggak angkat teleponku?" Aku berseru memicingkan mata ke lelaki jangkung itu dengan tatapan tajam.

"Maaf, aku taruh di sofa." jawab pria tampan itu dengan lembut dan berbalik ke ibuku seolah minta tolong. Tentu saja, satu-satunya wanita di rumah yang akan melindunginya.

"Berhentilah mengeluh. Ayo makan, nanti kalian akan terlambat."

"Mau ke mana?" Aku memasang wajah bingung, mau ke mana, apa dan bagaimana?

"Ke perpustakaan."

"Perpustakaan?"

Aku bingung.

"Tin datang untuk mengajakmu belajar ujian masuk perguruan tinggi di perpustakaan."

Aku melemas mendengar itu, menatap orang yang ingin kupukul. Siapa yang menyuruhnya datang untuk mengajakku belajar?

Huh! Orang lain saja berencana untuk ke bioskop. Akhirnya aku harus membawa buku-bukuku berjalan di belakang lelaki jangkung itu ke perpustakaan sekolah.

Walaupun hari libur, perpustakaan masih ramai dengan banyak siswa yang akan menjadi tempat siswa kelas M.6 untuk belajar dalam waktu dekat untuk menghadapi ujian nasional. Kursi di lantai bawah sudah penuh. Si tampan menuntunku berjalan menaiki tangga menuju lantai dua yang jarang didatangi karena panas seperti berdiri di tengah lapangan ditambah dengan sinyal wi-fi lemah yang belum bisa buka google.

"Di sini sangat panas." gumamku sambil menggunakan tangan untuk menyeka keringat yang mulai meresap ke garis rambut dahiku. Aku menoleh melihat si tampan berjalan ke bawah dan kembali dengan kipas seukuran tingginya.

"Pakai ini dulu." kata sosok tinggi itu yang langsung mencolokkan kabel ke stopkontak dan menengadah untuk aku duduk di dekat kipas angin. Meski tidak sedingin angin dari AC, tapi itu cukup membuatku merasa nyaman saat membaca.

"Terima kasih." aku tersenyum pada orang yang baik yang langsung menunjuknya untuk duduk di hadapanku. Sayangnya aku salah. Niat tampan itu duduk di kursi di sebelahku. Dia mendekat hingga tidak ada jeda.

Pacarku Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang