Tindakan lebih penting dari sekadar kata-kata karena tidak akan ada artinya. Kalau bisa dikatakan kenapa tidak? Pengecualian untuknya. Aku bersumpah ingin memukulnya, kenapa dia harus bertindak kalau bisa lewat kata-kata. Hal ini membuatku duduk di pojok belakang sekolah yang jauh dari orang-orang.
"Hai."
"Hey!" aku tersentak sampai pulpen yang sedang kubenturkan ke kepalaku jatuh ke rerumputan. Aku menengadah melihat pemilik suara itu yang sedang berdiri.
Si tampan!
Bagaimana dia bisa ke sini? Sangat terkejut aku hampir seperti mengalami serangan jantung, ingin melompat dan menendangnya, tapi aku memilih diam. Aku tidak ingin bicara. Aku suka lupa sifat si lelaki tampan ini yang arogan ini ada sisi unik lainnya. Dan ini sedang kuhadapi.
Tubuh tinggi dengan seragam yang kusut itu duduk di sebelahku. Aku belum pernah melihat orang yang duduk di sebelahku sampai tidak ada jarak. Kamu mau memerasku?
Aku sedang tidak ingin terlalu peduli dengan memberitahunya kalau aku tidak suka dengan apa yang dia lakukan padaku. Aku berpura-pura seperti tidak terjadi apa-apa.
"Tangan." sebelum aku menyerangnya secara verbal, aku melihat tangan hangatnya di atas tanganku kemudian diturunkan.
"Nggak lihat."
Aku memelototi lelaki tampan itu sampai mataku hampir menyembur keluar. Aku memutuskan untuk pergi dari sini karena sosok tinggi ini yang menjadi sumber masalah yang membuatku merasa stres sendirian. Segera aku berbalik karena sebuah tangan kekar memegang pergelangan tanganku. Lelaki tampan itu berdiri dan menatapku seolah akan mengatakan sesuatu.
Jangan bicara, biarkan aku pikirkan sendiri.
"Tentang mendekatimu."
"Kamu lagi becanda?" kataku tertawa kecil untuk menyamarkan rasa takut yang kemungkinan besar akan jadi kenyataan. Mencoba melepaskan tangan darinya, malah semakin erat olehnya.
"Aku serius."
".........."
"Kamu tahu, kan."
".........."
"Jangan dibuat bingung."
".........." aku mengedipkan mataku, lebar-lebar menatap yang di depanku yang meletakkan tangannya di puncak kepalaku dan di pipi lalu menarik pipiku mengembang seperti adonan roti.
"Tenanglah."
".........." aku masih dalam kondisi yang sama. Hanya berbalik untuk melihat dia yang baru saja berjalan berlalu.
Hatiku... ke mana? Aku memegang dada kiriku. Sangat berdetak cepat, tak terkendali.
Pipi... kenapa mulai memanas sebelum aku menyentuhnya?
Sialan. Aku bergumam pada diriku sendiri berulang kali sebelum berjalan kembali ke kelas kondisi mental yang sangat lemah.
Aku serius / Kamu tahu, kan / Jangan dibuat bingung / Tenanglah.
Kata-kata itu adalah masalah besar yang membuat pikiranku bingung. Tapi otakku terus memutar ulang yang membuat aku memikirkannya sepanjang waktu. Kalau sore memang tidak efisien untukku mengembalikan konsentrasiku.
*
Sore harinya, aku pergi menunggu bus di depan sekolah seperti biasa. Saat ini, lalu lintas hanya padat di satu tempat. Mungkin karena saat ini suasana sedang mendung. Jadi semua orang harus bergegas pulang sebelum hujan turun. Sepertinya akan lama sekali menunggu bus. Jadi aku mengambil ponsel untuk menghabiskan waktu dengan mendengarkan musik.
Mungkin langit mungkin hujan yang mempertemukan kita
Mungkin aku mungkin kamu yang buat cinta ini ada
Sesuatu yang tak kuharapkan
Semesta bilang kaulah satuLalu tiba-tiba mataku melihat lelaki tampan itu berjalan menuju halte bus. Ingin bersembunyi di belakang pilar atau di tengah keramaian, tapi terlambat karena dia dengan senyum yang menyeramkan berjalan ke arahku.
Aku pun tak mengerti dan entah kapan
Jatuh cinta padamu
Kau yang tak pernah kubayangkan
Tak pernah kumemikirkanmuAku menoleh ke arah lain. Sedikit melirik saat dia berdiri di sampingku, dan mendekatkan telinganya ke telingaku.
Hey, di sini banyak orang.
Jawaban dari hatiku yang tak pernah kutahu
Ternyata kau yang kucari
Ketika kau di sini tak ada tanya lagi
Semua terjawab hatiku berhenti di kamu[Pom and Aong - The Answer That I Never Knew]
Kenapa kami saling memandang? Aku penasaran kenapa. Kebetulan saat saling memandang, disaat lagu diputar dengan makna yang dalam. Aku melepaskan pelantang musik, memasang untuk dia dengarkan.
"Bagus." sosok tinggi di depanku membungkuk untuk berbisik padaku.
"Apanya?"
"Lagu."
"Hm." jawabku singkat, dengan jelas terbaca niatku untuk tidak banyak bicara dengannya. Tapi, sepertinya semesta paham kalau dia masih ingin bicara tanpa henti, terlepas dari kenyataan bahwa itu bertentangan dengan kepribadiannya.
"Jawaban dari hatiku yang tak pernah kutahu."
".........." aku memilih diam meski aku peka terhadap suaranya yang sedang bernyanyi untukku.
Oh, busnya datang. Kenapa lama sekali?
"Ternyata kau yang kucari."
Hatiku bermasalah ketika menuju bus lantas melakukan kontak mata dengannya yang sedang menyanyikan lagu itu, aku sudah jatuh terperangkap.
"Kamu bisa melarikan diri."
".........."
"Tapi perasaanmu nggak bisa dihindari."
Tidak peduli, aku langsung masuk bus. Dan saat aku sedang berdoa, lelaki tampan itu berada di halte meski pintu bis sudah tertutup. Sebelum aku masuk dalam kerumunan di bus, sempat aku meliriknya. Dia memberiku senyum manis dan mengangkat alisnya ke arahku sebelum bus ini berangkat.
Ugh, jelas rasanya seperti mengangkat Gunung Everest dari dadaku. Bahkan mengetahui besok atau hari lain masih harus mengalami situasi seperti ini lagi, selama si lelaki tampan ini bersikeras mendekatiku bagaimanapun caranya. Hari ini kuharap otak dan hatiku bisa beristirahat sejenak sebelum mati sendiri.
[LINE]
Hah?
Aku mengambil ponsel dan melihat layar.
Si tampan mengirim pesan.
Sn
<❤️>Haaaaah
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Ketua OSIS
Dla nastolatkówJudul asli: My President Karya: Pruesapha Terjemahan dalam bahasa Indonesia, nonprofit, hanya untuk hiburan. Tayang 2 Desember 2022 dengan judul "My School President"