***
Zayne sedang menikmati deru angin malam yang menerpa wajahnya bersama Matthew. Keduanya sekedar pergi ke toko ramen yang baru saja dibuka sekitar dua minggu yang lalu. Ingin ikut me-review, karena dengar-dengar ramen nya cukup enak.
"Gak perlu pikirin bayarannya. Aku yang bayar."
"Bener, nih? Jangan-jangan ada mau nya, lagi..."
Matthew menggeleng, ia lantas mengeluarkan dompetnya dan memberikan buku menu kepada Zayne.
Setelah memesan, keduanya lantas mengobrol—membahas topik ringan bagi anak Sekolah Menengah Atas.
Ramen sudah disajikan. Dan keduanya menikmati. Ramen nya memang patut diberi dua jempol. Sangat enak, atau bahkan melebihi kata sangat.
Bagaimana bisa ada ramen seenak ini?
Keduanya berangsur pamit ketika selesai. Zayne berjalan menuju rumahnya, tak terlalu jauh dari tempat sebelumnya. Ayahnya tiba-tiba saja menelepon. Dan tentu, Zayne menjawabnya.
"Halo, pak tua?"
"Dasar anak tidak sopan kamu, Zayne..." Ujar ayahnya dari balik telepon. Zayne hanya bisa tersenyum lebar. Keduanya sudah terbiasa dengan candaan bagai teman sebaya.
"Begini, kamu pulang kerumah yang lama, ya? jangan ke apartemen. Sudah ayah pindahkan barang-barang kamu."
"Kenapa tiba-tiba banget?"
"Ada, deh. Pokoknya cepat datang." Setelah nya, ayah Zayne mematikan sambungan. Zayne bergegas, kali ini ia berlari. Jaraknya berubah, menjadi terbilang cukup jauh dari tempat ramen sebelum nya. Masih untung ia ingat dimana rumahnya dulu.
Jelas jelas baru saja pindah satu bulan lalu.
Zayne mengetuk, membiarkan seorang wanita menunjukkan diri, dan ayahnya pun juga. "Oh, Zayne..." senyum wanita itu manis. Meski terlihat seumuran ayahnya, tetapi diwaktu bersamaan seperti seumuran dengannya.
Ketiganya memasuki rumah. Zayne menaruh tasnya di sofa, dan duduk diatas kursi meja makan.
"Putraku belum datang, aku khawatir..." Samar-samar suara wanita itu ia dengar didapur dengan ayahnya. "Tidak perlu khawatir, sayang. Pasti datang. Sini, aku bantu untuk menyajikan."
Dan begitu, dalam hitungan detik. Pintu terbuka. Zayne menoleh untuk melihat.
Itu... Samuel.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
More Closer. [SungJake]
Fiksi Penggemar[ On Going ] Some people can't be answers, they're just more questions *** Rupanya, bunga Edelweiss merupakan abadi dengan cara tersendiri nya. Siapapun yang mengetahui nya akan terpukau, tapi apa daya bila pada akhirnya tiada?