Detak satu

370 88 65
                                    

Bukan insecure, tapi nggak bersyukur.

Pradipta Dalvir Grispara


Tidak ada kata libur sekolah di hari pertama ia menjadi seorang suami dari gadis liar yang kini sedang menertawakannya akibat kesulitan membuat simpul dasi.

Pradipta dan Leory masih tinggal di rumah Marva, Gavin sudah membelikan satu unit penthouse untuknya tapi tak memaksa mereka untuk segera pindah, lagi pula usia mereka masih sangat dini untuk berpisah dan hidup sendiri tanpa dampingan orang tua.

"Didorong dikit aja langsung nyungkem, dasar letoy!" Leory mencibir Pradipta yang beberapa menit lalu didorong oleh kakak kelas nakal yang mirip berandal.

"Mereka dorongnya berlima, ya jelas gue limbung." Pradipta membela dirinya sendiri.

Leory geleng-geleng kepala, ternyata Pradipta memiliki musuh di sekolahnya karena cowok itu pendiam dan terkesan membosankan, mungkin juga mereka iri oleh ketampanan Pradipta yang membuat para cewek histeris kala putra dari Marva ini berjalan di hadapannya.

Gavin telah memindahkan Leory ke sekolah yang sama dengan Pradipta dan Nadinta, hanya saja ketiganya berbeda kelas.

Pradipta mengangkat pandangannya pada Leory yang masih berdiri di depannya sambil memegangi perut.

Seolah mengerti tatapan cowok ini, Leory berujar, "gue nungguin lo, kita jajan bareng."

"Ogah!"

"Heh, gue belum punya teman di sini, gue juga anak baru, lagian si Tata malah ke perpus bukannya ke kantin," keluh Leory yang sudah tak tahan dengan rasa lapar yang diderita.

Pradipta mengangkat bahu acuh, ia tidak peduli dengan alasan Leory, yang ia tau gadis ini sedikit memiliki rasa malu, lalu mengapa dirinya harus mendampingi Leory pergi ke kantin.

Sebenarnya perut Pradipta juga terasa keroncongan, tapi dia tidak bisa membetulkan simpul dasinya. Kakak kelas berandal tadi sempat menarik dasi nya, Pradipta tidak mau ada guru yang menge'cap' dirinya sebagai murid nakal karena tak memakai dasi.

"Sini gue bantu." Leory maju selangkah hendak menyentuh dasi Pradipta yang menggantung dileher.

"Gak," tepis Pradipta.

Kruyuk...

Mata Leory melotot mendengar suara perut dari Pradipta, detik selanjutnya dia tertawa terbahak-bahak ketika Pradipta memalingkan wajahnya malu.

"Ternyata orang kaya bisa kelaparan juga ya." Leory menepuk-nepuk pipi Pradipta masih dengan tawanya.

Sedangkan cowok itu langsung mengelap pipinya menggunakan lengan dengan ekspresi jijik.

"Udahlah, Dipta, anggap aja ini simbiosis mutualisme," ucap Leory yang tanpa izin segera menarik dasi Pradita membuat jarak mereka semakin dekat.

Kali ini Pradipta tidak menolak, dia sudah lapar sekali sampai rasanya mau nangis.

Disaat Leory sibuk dengan simpul dasinya, Pradipta memilih membuang muka sebab tak ingin menatap Leory dari jarak sedekat ini, untung saja koridor kelasnya sepi karena jam istirahat masih berlangsung, siswa-siswi mungkin masih berada di kantin atau menonton basket di lapangan.

DETAK DIPTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang