Detak empat

164 46 13
                                    

Welcome back hihiw^^

Libur sekolah yang dinanti-nanti Pradipta akhirnya tiba, walaupun cowok itu terbilang pintar dan cukup rajin namun tetap saja pergi ke sekolah adalah hal yang menjengkelkan baginya.

Belum lagi jika bertemu murid-murid yang selalu memberikan tatapan sinis padanya sambil berbisik 'introvert manja'.

Sungguh bukannya ia memiliki kepribadian tertutup seperti itu, hanya saja Pradipta tidak akan 'seasik itu' jika bukan pada orang yang tepat.

"Bang."

Suara Nadinta membuat Pradipta mengalihkan atensinya dari tablet silver digenggaman.

Pradipta menilik penampilan adik kembarnya yang sudah rapi pagi-pagi begini.

"Mau kemana?" tanya nya dengan mengangkat sebelah alis.

"Aku mau ngerjain tugas bareng di rumah Amabel ya? pulang sore, gak sampe kemaleman kok, sambil main hehe," pamit Nadinta memasang wajah ceria.

Pradipta mengetukkan jari telunjuknya pada tablet sambil menatap lama gadis yang rambut panjangnya tengah tertiup angin dari teras samping rumah.

Dia beranjak dari duduknya kemudian berjalan ke arah kolam ikan yang dekat dengan pohon cherry.

"Boleh." Jawaban Pradipta membuat Nadinta tersenyum lebar, "tapi sama Abang."

Nadinta melongo, "ih.. bang Didip! emang gak malu cowok sendiri nantinya."

"Tata, sekarang lagi marak penculikan, diangkutnya pakai karung lho, terus dijual ke pasar loak" ujar Pradipta dengan tampang serius berupaya membuat adiknya takut.

"Yang ada karungya jebol kalau bawa aku, Bang." Nadinta mendengus sebal, "aku berangkatnya sama supir kok."

Pradipta menghela nafas pasrah, padahal dia berniat mengajak Nadinta healing menaiki MRT setelah menghabiskan dua cangkir teh hijau pagi ini.

"Ya udah, salam dulu ke Mimu sama Papia," lesunya.

"Mereka kan lagi sunmori tanpa mengajak kita, tapi Tata udah pamitan mau ke Amabel kok sebelumnya dan dibolehin."

Bahu Pradipta semakin merosot menyadari hanya dia yang berdiam diri di rumah.

Setelah melakukan tos ala-ala mereka, Nadinta melenggang pergi dengan menenteng totebag dan bergegas masuk ke dalam mobil bersama supir pribadinya.

Cowok berkumis tipis itu kembali duduk di tempat sebelumya dengan memandang kupu-kupu yang hinggap di bunga-bunga cantik milik Vasya.

"Pagi suamiku, ini teh nya, silahkan diseruput."

Suara cetar ditambah nada menggelikan itu hampir saja membuat Pradipta tersedak air liurnya sendiri.

Ternyata masih tersisa makhluk aneh di rumahnya, dia sampai melupakan perempuan yang satu kamar namun tak seranjang dengannya itu.

"Apa sih."

"Ya elah jutek banget kayak lagi dimintain sandi hospot," kekeh Leory sambil mendudukkan diri pada gagang kursi yang kursinya sendiri menjadi tempat duduk Pradipta saat ini.

DETAK DIPTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang