Detak lima

167 32 8
                                    

^^
.
.
.

Keluarga cemara yang dipimpin oleh Marvael Grispara baru saja menyelesaikan makan malam yang terbilang sunyi. Akibat Nadinta yang terus melamun, Pradipta dan Leory enggan bersuara, Marva dan Vasya pun memilih diam karena suasana yang tak mendukung.

"Tata mau langsung naik?" tanya Marva yang melihat putrinya hendak menaiki undakan tangga.

"Iya, Pi. Ada banyak tugas yang belum kelar soalnya." Nadinta menjawab dengan wajah memberenggut gemas.

"Ya sudah, nanti Mimu antar susu nya ke kamar kamu ya." Vasya menyeloroh sebelum Marva kembali bersuara.

"Makasih Mimu Tata kesayangannya Papia." Nadinta melempar senyum pada kedua orang tuanya sebelum berlarian kecil menaiki tangga dan menghilang dibalik pintu kamar.

Marva menggembungkan pipi, menatap istrinya yang sedang membuat teh hijau.

"Aku kan masih kangen Tata, seharian gak ketemu karena dia kerkel di rumah temannya," protesnya.

Vasya memutar bola mata malas, "kan kamu nya juga sok-sok an sunmori ninggalin anak-anak, udah tua juga."

"Enak aja, aku masih muda, gagah, dan perkasa ya, Ca." Marva menyugar rambutnya ke belakang. sok tampan, sialnya memang tampan.

Vasya hanya geleng-geleng kepala sambil berdeham pelan.

Selesai membuat dua cangkir teh hijau untuk Marva dan si sulung, Vasya hendak membawa nya ke ruang tengah sebelum Marva mencekal lengannya.

"Apaan sih, lepasin gak? jangan mesum di sini," tegur Vasya dengan wajah galak.

"Idih otaknya kotor banget jadi cewe ih," cibir Marva mendorong pelan lengan Vasya.

"Kamu kebiasaan nyosor gak liat tempat dan suasana."

Marva menghela napas kasar, menempatkan jari telunjuk didepan bibir agar istrinya itu diam sejenak.

Setelah Vasya mengangguk, baru lah Marva menunjuk tempat dimana pasutri sedang bersantai tanpa ada perbincangan.

Terlihat Pradipta yang tengah sibuk membaca majalah di sebuah kursi kayu yang dekat dengan aquarium, sedangkan Leory yang nampak anteng duduk diatas karpet bulu dengan pandangan lurus pada layar televisi yang menampilkan ajang pencarian bakat vocal.

"Kenapa?" tanya Vasya bingung.

"Sadar gak sih, Didip sama Oyi kayaknya lagi berantem ya?"

Vasya mengangkat sebelah alisnya, "masa? orang mereka anteng kok, duduknya juga jauhan."

"Ck! bukan berantem tonjok-tonjokkan Aca oon, tapi kemusuhan gitu lho." Marva berdecak sebal.

Vasya membuka mulutnya membentuk huruf 'O" sambil menganggukkan kepala, diperhatikannya putra dan menantunya yang memang terlihat berbeda dari biasanya.

Ya walaupun mereka tidak pernah akur, namun biasanya Leory seringkali melempar candaan atau bertingkah konyol yang membuat Pradipta kesal, lain hal nya dengan saat ini.

"Eh eh... tungguin." Marva buru-buru mengekori Vasya yang berjalan menghampiri Leory.

"Oyi serius banget nontonnya," sapa Vasya.

Leory mengalihkan atensinya, "iya nih, Ma. Pengen ikutan lomba nyanyi juga."

"Mantap tuh, suara mu kan merdu," sambar Marva, "merusak dunia," lanjutnya diiringi tawa renyah yang menjengkelkan.

Leory ikut terbahak, "Haha iya, kayak Mama Aca 'kan? Papa Ava sendiri yang bilang kemarin, katanya suara nafasnya aja cempreng, apalagi kalau ngorok pas tidur."

DETAK DIPTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang