Chapter 12. Persetujuan ayah Min dan awal hubungan Taemin

211 17 0
                                    

🔸Unconditionally Lope🔸



Happy Reading
°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
"Jadi di peringkat berapa kau?"

Hoseok diam. Bingung mau jawab apa. Kejujuran membungkamnya kandas. Namun tidak akan membuatnya sampai menyerah. Bukan Hoseok namanya jika tidak bekerja keras.

"Pak! Bisakah beri aku kesempatan lagi. Mungkin di semester selanjutnya aku akan raih peringkat keenam mengalahkan satu orang di atasku. Bisakah kau memberi ijin?"

Direktur Min menaikkan satu alisnya. Di sini sebenarnya sudah waktunya pulang bagi murid, tapi Hoseok memilih singgah untuk beritahu Yoontak lebih dulu. "Jadi kau di peringkat berapa memang?"

"Tujuh."

"Sebelumnya? Maaf, tapi aku pelupa memang."

"Tujuh juga, Pak. Aku masih tetap di peringkat itu."

"Oh iya. Padahal tadi juga baru kau jelaskan. Haha, maaf. Aku memang sedang tidak berfokus, ada sebuah masalah di perusahaan."

"Apa masalahnya serius, Pak? Jika memang seperti itu, lebih baik saya pergi aja dulu. Mungkin Bapak perlu waktu untuk istirahat?"

"Oh, nggak papa, Haksaeng. Bapak baik kok. Cuma memang nggak inget aja yang kamu bilang kemaren. Bapak memang pelupa, maaf ya."

"Jisoo!" panggil Tuan Min, kepada sekretarisnya.

"Ya, Pak?!"

"Coba mintakan daftar peringkat sama Pak Go!"

"Baik, Pak, tunggu sebentar."

Selagi Hoseok di ruang direktur. Taehyung berada di gerbang dan sedang menjegat Jimin yang sudah melangkah akan pulang dengan motornya.

"Naik. Kuantar pulang."

Tak menjawab. Jimin hanya melenggang tanpa rasa peduli. Membuat Taehyung jengkel dan turun dari motor lalu sedikit mengejar lalu menarik paksa Jimin.

"Ihh, apa sih?! Orang nggak mau juga! Ngapai dipaksa!" tinta Jimin.

"Udah ayo, kuantar sampai rumah."

"Nggak perlu! Aku punya uang buat naik bus. Atau jika nggak punya uang aku punya kaki."

"Ada yang mau kubicarakan."

"Nggak usah. Motormu bahkan nggak pantes bawa cowok kek aku. Aku masih bisa naik bus yang terima aku apa adanya."

Sindiran Jimin telak menohok Taehyung. Ia dibuat terdiam dan Jimin melepas pegangan Taehyung lalu lanjut berjalan. Meninggalkan Taehyung di belakang yang tak berkutik sama sekali.

******

Tepat di pemberhentian halte bus, motor Taehyung berhenti. Sang empu turun darinya dan mendatangi satu sosok yang sudah jerah melihat Taehyung tak jengah-jengah mengejarnya.

Kim Taehyung berdiri di hadapan pemuda bernama Park Jimin yang memutar bola mata malas. "Apa lagi sih---"

"Maaf."

Bukan hanya Jimin yang terkejut. Tapi beberapa murid yang juga menunggu bus dan beberapa orang di sekitar. Jimin menoleh ke sekitar yang mana keadaan menjadi canggung jika begitu. Dengan ragu ia bangkit menyeimbangi pemuda yang berdiri di depannya.

"Apaan sih? Nggak jelas banget."

"Kau tidak tuli untuk mendengar maafku, 'kan?!" tanya Taehyung ketus. Membuat Jimin menatap dirinya tajam. Kembali, mulut Taehyung yang seperti pisau terlalu melukai hati rapuh Jimin.

"Kau mau minta maaf atau mau ngajak berantem sih? Nggak ada sopan-sopannya sedikitpun."

Bus yang ditunggu datang dan mengklakson ribut karena terdapat motor di jalur pemberhentian bus. Tapi Taehyung seolah masa bodoh dan alhasil bus berhenti sedikit lebih mundur dari halte. Beberapa orang mulai bergerak masuk dan Jimin akan bergerak masuk tapi tangannya ditahan.

Unconditionally Lope [HOPEGA] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang