Chapter 15. Olahraga pagi

249 17 2
                                    

🔸Unconditionally Lope🔸



Happy Reading
°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
Pagi-pagi buta sebuah motor sudah bertengger di depan gerbang. Memencet bel rumah hingga sang penjaga pagar terjaga dari tidurnya.

"Pak! Bisa buka gerbangnya?"

Pintu pagar pun terbuka yang mana motor itu masuk dengan bebasnya di halaman seluas lapangan golf. Di depan sudah menunggu satu manusia yang ternyata semalam mereka terikat janji untuk marathon pagi bersama sebelum panas pagi datang.

Jung Hoseok memarkirkan dengan baik motornya dan tak lupa ia cabut kunci dan dikantongi. "Udah pamit?"

"Udah. Kata Appa jangan pulang pukul 8 panasnya udah terik banget."

"Oh yauda. Yuk!" Hoseok mengulurkan tangannya dan diterima baik dengan Yoongi. Mereka pergi ke luar rumah untuk menuju taman di dekat sana. Berolahraga pagi dengan lari-lari kecil sekalian tebar keromantisan di fajar yang sejuk.

Keduanya berlari-lari kecil sambil sesekali bercanda hingga tanpa sadar tertawa bersama. Hoseok memang paling bisa membuat Yoongi menunjukkan gigi-gigi rapinya untuk tersenyum.

Usai puas berlari, kini mereka tengah beristirahat di sebuah bangku taman dan terlihat masih sangat terengah juga keringat yang bercucuran. Yoongi, baru kali ini dapat merasakan indahnya berolahraga. Merasakan jantungnya berdebar kuat, darahnya berdesir hebat, keringatnya mengucur deras. Bahkan saking menikmati degupan jantung, desiran panas darah, dan banjiran keringat dengan menutup matanya, ia tak sadar sedang diperhatikan oleh sosok yang juga bersamanya sejak tadi. Tersenyum sungkan dan merasa bangga telah menjadi jantan untuk bisa membahagiakan kekasihnya.

Kelopak mata indah nan putih itu membuka saat ada sebuah tangan menyeka air keringat di sekitar rahang bawah juga dahinya. Bahkan rambut lepek Yoongi juga disingkap dan dielus dengan begitu manjanya. Sampai kedua mata mereka menangkap sinyal dan saling menatap satu sama lain. Terpanah dalam tatapan masing-masing, bahkan diselingi senyum di antaranya.

"Capek, ya?" Hoseok masih sibuk menyeka air keringat di wajah sebelah kanan Yoongi. Sengaja menghadapkan wajah itu padanya. Yang ditanyai hanya mengangguk dengan senyuman manisnya yang khas.

Gummy smile itu, apa hanya Hoseok yang beruntung melihatnya? Begitu cerah dan indah dipandang. Sampai-sampai tanpa Hoseok sadari dia terbawa suasana, mendekatkan diri dan menjamah bibir tipis yang kenyal dan merah muda itu. Menempel tanpa adanya pergerakan tapi mampu membuat keduanya terdayu jauh ke dalam perasaan mereka. Pejaman mata menikmati adalah jawaban bahwa mereka begitu menyukainya. Terbelenggu dalam fajar yang mulai menampilkan sinar malu-malunya.

*****

Yoongi, berakhir dalam gendongan seorang pemuda Jung. Berjalan pulang sebelum mentari menyerang damai Yoongi. Hoseok pun tak mau melihat kekasih manisnya terluka lagi, bahkan sampai rela menggendong sepanjang perjalanan pulang mereka.

"Hobi?" panggilan itu membuat indra pendengar Hoseok menajam. "Nggak capek?"

"Nggaklah. Kamu itu ringan kek bayi. Kalo capek aku pasti udah ngomong dari tadi."

Yoongi tersenyum senang dan semakin memeluk erat pundak Hoseok sayang dan benar-benar menempelkan pipinya pada pipi Jung Hoseok.

Mereka sampai dan Yoongi diturunkan dari gendongan. Ayah Min bahkan belum juga bangun, masih berkelana di alam bawah sadar, karena ini hari dia ikut cuti selagi libur sekolah. Dia juga ingin bersama Yoongi semasa libur anak semata wayangnya.

"Mau makan dulu? Biar bibi masakin?" ajak Yoongi.

"Nggak deh, besok aja kalo kita olahraga lagi. Soalnya kakakku butuh aku buat bantuin dia bawa belanjaan. Hari ini katanya kulkas dia udah kosong, jadi kami mau ke pasar pagi. Besok kalo nggak ada halangan kita sarapan bareng."

Unconditionally Lope [HOPEGA] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang