Hari demi hari dilewati sana terasa cukup berat sebab menguras mental maupun energinya. Dalam sehari ia harus beberapa kali memberanikan diri untuk memonitor langsung suasana di meja operasi saat sang suami memimpin jalannya operasi.
Selama operasi, terkadang ada bau betadine, serta sedikit bau darah dan jaringan basah di dekat meja operasi. Ada sedikit bau anestesi gas. Bau paling kuat berasal dari jaringan yang terbakar saat dibakar, atau bau tulang yang terbakar saat digergaji. Dan jika ada nanah yang terkuras, atau infeksi dari luka maka bau busuknya cukup kuat
Untuk hari-hari pertama rasa pening kuat yang menghantam kepala sana. Beberapa kali ia nyaris kehilangan kesadarannya. Namun entah karena keberadaan sang suami yang memberinya sedikit energi sehingga ia masih bisa mengendalikan diri.
Setelah proses operasi selesai sana keluar untuk segera menghirup udara segar. Ia duduk bersandar di depan ruangan. Memejamkan matanya, peluh keringat membasahi keningnya, jantungnya masih berdegup kencang saat mengingat kembali apa yang dilihatnya di ruangan operasi namun kali ini sedikit berbeda, ya setidaknya ia masih sadar dan tidak pingsan. Jin datang mendekat kemudian menawarkan minuman.
"Minum dulu"
"Kamu baik-baik saja kan? " pertanyaan itu kembali dilayangkan jin, sekedar memastikan keadaan sang istri, sana hanya mengangguk ala kadarnya
"Aku tak apa" jawabnya pelan.
Jin tersenyum "kamu berkeringat" ujarnya seraya mengelus pelipis sana. "Aku ambil tisu" sambung jin kemudian hendak beranjak namun dengan cepat sana menahannya.
"Di sini saja".
Sejenak jin terdiam sebelum kembali duduk, dilihatnya sana masih mencoba mengusir rasa ketakutan. Dengan menampilkan senyum sebelah tangannya menggenggam tangan sana dan tangan lainnya ia usap dengan lembut pada pelipis sang istri.
" baiklah, latihannya cukup disini, sisanya kita lanjutkan di rumah".
Sana mengangguk seraya tersenyum sebagai jawaban.Setelah beberapa menit, jin kembali dengan aktivitasnya sebagai seorang dokter, walaupun sempat merasa berat hati meninggalkan sana seperti itu, dengan pasti sana meyakinkan bahwa dia baik-baik saja dan selagi menunggu jin, ia ingin mengunjungi Jeongyeon di ruangannya.
_______
"Aku senang kau kembali keruangan operasi" ujar Jeongyeon sahabat sana.
Saat mendengar sana ingin menghilangkan rasa fobia nya terhadap darah ia tak bisa menyembunyikan rasa harinya dan menangis begitu saja. Yang dilakukan Jeongyeon ialah selalu memberikan support sebagai sahabat dan sekaligus rekan kerja terhadap sana, dan bukan hanya Jeongyeon, semua dokter hingga para perawat turut membantu sana agar bisa menetralkan rasa takutnya dan mulai terbiasa dengan ruangan operasi.
Sana tersenyum kemudian mengangguk "aku juga merasa seperti itu, rasanya masih seperti mimpi saat aku berhasil mengendalikan diri". Ujarnya pelan.
Jeongyeon mendekat kemudian mengelus pundak sana " kau pasti bisa" bisiknya pelan.
"Karena kau punya sahabat dan suami yang tampan". Tepat setelah mengatakan itu mereka berdua tertawa, saat-saat seperti ini Jeongyeon malah menggoda sana.
"tapi kapan kau akan mencebloskan CEO sialan itu di penjara?" kini raut Jeongyeon berubah lebih serius.
"Pelankan suaramu! " tekan sana dengan waspada
"Bukan perkara yang mudah untuk membuat dia membusuk di penjara" terang sana dengan tenang.
"Tapi cepat atau lambat, akan aku pastikan dia segera ke sana" tambahnya tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Meaning of My life [On Going]
Teen Fiction"apa jadinya jika seorang dokter bedah fobia terhadap darah ?" yuk !! ikutin ceritanya #Rank 3 sajin (couple) 16/3/2022 #rank 1 sajin (couple) 10/6/2022