Merasakan silau cahaya matahari yang masuk dari celah gorden sana mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian bangkit dari tidurnya.
"Hoam" ia menggosok kedua matanya mengusir sisa-sisa rasa kantuk di sana.
Saat melirik ke arah jam di atas nakas matanya membulat sempurna rasa kantuk sirna begitu saja "tidak!" Serunya tak percaya kini jam telah menunjukan pada pukul 09:05. dengan cepat ia bergegas bangun.
hal pertama yang dipikirnya sarapan pagi yang harus disiapkannya untuk jin. Ia melangkah cepat kedalam kamar mandi membasuh wajah berkumur secukupnya.
Tak heran semalaman ia tak bisa tidur begitu gelisah dengan keputusan yang dipilihnya alhasil ia tidur kelewat larut dan bangun terlambat
"keterlaluan bagaimana bisa bangun terlambat dan tak memasak apapun".
Saat memasuki dapur ia terdiam sejenak, rupanya jin telah menyiapkan sarapan pagi mereka. Ia berjalan lebih dekat ke arah meja dan diatasnya ada selembar note kecil berwarna kuning
memikirkan apa hingga tidur larut malam? Jangan lupa ganti perbanmu dan nikmati sarapanmu aku berangkat dahulu.
Sana melirik sebentar ke arah telapak tangannya dan benar saja perban di tangannya sudah tak beraturan sebab posisi tidurnya yang hiperaktif.
Tanpa sadar sana menyungging seutas senyum tipis "dia tahu segalanya" gumamnya pelan kemudian mulai menyantap sarapan.Setelah selesai dengan santapannya sana bergegas bersiap-siap pergi ke Rumah Sakit Hankook. Hampir semalaman ia bergelut dengan pikirannya dan akhirnya ia memantapkan hati dengan keputusan yang dipilihnya saat ini.
Ia meraih selembar amplop putih yang didalamnya sudah diisi surat pengunduran diri miliknya. Benar hari ini sana memutuskan untuk mundur dari segala pekerjaan yang bersangkutan dengan rumah sakit Hankook tidak lebih tepatnya menyerah dengan profesinya saat ini.
"Akan ku akhiri hari ini juga".
________
Saat sedang sibuk berkutik dengan data pasien di tangannya jin dikejutkan dengan sapaan seorang gadis
"Sunbae""Oh jisoo? Kau sudah masuk kembali"
Jisoo mengangguk senyum "sibuk kah? Ada yang bisa kubantu?"
Jin menutup laporan data yang ada ditangannya "tidak, ini hanya laporan pasien". dari gerak geriknya jin terlihat sedikit tak nyaman berada di samping jisoo dan hal itu disadari jisoo dengan baik.
Selama ini Kim seokjin lelaki dengan radar kepekaan tinggi itu tentu tahu bagaimana perasaan yang dimiliki jisoo terhadapnya. lebih dari sekedar perasaan antara junior terhadap senior. Namun terlepas dari itu semua jin hanya menganggap jisoo sebagai rekan kerja dan tak lebih. Terlebih jisoo putri dari pria yang di seganinya selama ini, Direktur Kim in jung. Mana mungkin ia menolak jisoo secara terang-terangan seperti yang dilakukannya kepada gadis lain.
namun saat ini tentu berbeda, ada hati yang harus dijaganya walaupun pernikahannya sedikit berbeda dengan pernikahan pada umumnya. Tetap saja ia harus menjaga diri, menaati norma-norma suami yang baik.
Jisoo menjulurkan tangannya "selamat untuk pernikahan mu, maaf aku tak bisa hadir"
Jin hanya menanggapi dengan senyuman "tidak masalah, mulai sekarang jagalah kesehatan mu. Kau tahukan dokter tidak diizinkan untuk jatuh sakit" ujar jin dengan kekehan kecil
Sakit! tentu saja, saat uluran tangannya tak diterima. jisoo kembali menarik tangannya dan tersenyum "tentu".
Setelah mengatakan itu jin pamit untuk kembali dengan urusannya dan jisoo masih berdiam diri melihat punggung lebar pria itu yang semakin menjauh, matanya memanas menyadari perubahan sikap jin yang berusaha menciptakan jarak diantara mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Meaning of My life [On Going]
Novela Juvenil"apa jadinya jika seorang dokter bedah fobia terhadap darah ?" yuk !! ikutin ceritanya #Rank 3 sajin (couple) 16/3/2022 #rank 1 sajin (couple) 10/6/2022