Jin membenarkan selimut sana, wanita itu sudah tertidur pulas. Sedari tadi ia mendengarkan semua yang diceritakan sana. Jika ada yang mengatakan bahwa tidak ada kemarahan yang dirasanya, jelas itu salah.
Mati-matian jin menahan amarah dengan mengeraskan rahangnya ingin sekali ia mendatangi dalang dari semua hal ini dan memasukannya kedalam penjara, membusuk di sana. namun itulah yang menjadi penghalang dari masalah, sana masih belum memberitahunya siapa sebenarnya dalang dari semua ini. Dan lebih dari siapapun ia harus tetap tenang agar bisa berpikir jernih dan tentu saja juga harus menenangkan sang istri.
Ditatap lamat wajah sana, ia mengelus kening wanita yang dicintainya itu, perlahan ia mendekat maksud hati ingin mengecup pelan namun hal itu ditahannya. Ia hanya tersenyum, pikirnya lebih baik tidak membangunkan sana. Saat ingin menarik diri, secara tiba-tiba.
Tangan lain menahan pergerakannya, sana membuka mata menatap jin, "mau kemana? Tidak bisakah kamu disini saja? ".
" maaf aku jadi membangunkanmu"
Sana menggeleng pelan "tidurku tak akan nyenyak, aku ingin ditemani, jadi kemarilah".
Ujar sana seraya menggeser memberi jin tempat untuk tidur. Jin hanya menurut. Ia membaringkan tubuhnya menghadap sana.Dilihatnya mata sana sembab kemerahan sebab menangis sedari tadi di satu sisi ia tak tega melihat istrinya menderita seperti itu namun di sisi lainnya ada rasa sedikit bersyukur saat sana tak segan bercerita dan membuka diri.
" aku ingin kembali ke ruang operasi" satu ujaran sana membuyarkan lamunan jin.
"Untuk itu aku membutuhkanmu" sambung sana. Jin tersenyum pelan dengan tatapan penuh sayang ia mengangguk kemudian tangan kekarnya terangkat mengelus lembut surai legam sana.
"Tentu, aku disini untukmu, berapa kali kubilang percaya padaku" ujarnya diakhiri senyuman khasnya.
Sana mendekat kemudian merengkuh tubuh sang suami, ia menenggelamkan wajahnya menghirup aroma yang menjadi kesukaannya akhir-akhir ini
"Terimakasih"
Sekejap jin terkesiap namun ia kembali mengeratkan pelukan sana dan mengecup pelan kening sang istri. Mereka memejamkan mata dan larut akan kenyamanan yang diberikan satu sama lain.
5 menit kemudian....
Jantung sana terus berdetak menggila, ia tak bisa tidur. Rasanya debaran itu terlalu kuat sehingga ia berpikir jantungnya akan meloncat keluar. Ia terus menelan salivanya gugup, tangan kekar jin masih memeluknya erat, perlahan ia mendongak menatap wajah sang suami.
Ia tersenyum tersipu malu menyadari paras tampan sang suami. Ia bertanya-tanya wajah setampan ini mengapa dirinya tak langsung jatuh cinta saat pertama bertemu. Namun ia kembali sadar, tentu saja selama ini ia tak suka dengan laki-laki tampan. Baginya lelaki tampan itu selalu banyak tingkah tak bisa dipercaya dan suka tebar pesona di mana saja. Namun kembali lagi sosok sang suami mematahkan segala pikiran negatif tentang pria tampan baginya.
"Lelaki yang satu ini selalu tersenyum dan senyumannya menenangkan" gumam sana pelan. Ia mengangkat pelan jemarinya menyusuri tiap sudut dari paras jin. Dimulai dari alis tebal kemudian turun ke hidung mancung kemudian bibir berbentuk hati.
Tanpa disangka sana tak bisa menyembunyikan rasa gemasnya dengan mengecup pelan sebelah pipi jin. Tepat setelah kecupan itu sepasang mata memandang sana dengan tatapan yang sulit diartikan. Sana tekejut kemudian membekap mulutnya.
Debaran di jantungnya semakin menggila dengan gugup ia membuka suara "maaf, kupikir kamu sudah tidur" ujarnya pelan. Demi Tuhan ia yakin wajahnya pasti sudah berubah kemerahan bak kepiting rebus.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Meaning of My life [On Going]
Novela Juvenil"apa jadinya jika seorang dokter bedah fobia terhadap darah ?" yuk !! ikutin ceritanya #Rank 3 sajin (couple) 16/3/2022 #rank 1 sajin (couple) 10/6/2022