Sana menarik panjang nafasnya, ia tengah mengumpulkan segala keberanian walau hanya sekedar menggerakkan knop pintu dari ruangan sang direktur, Kim in Jung. Hari ini ia bertekad untuk menemukan lebih banyak bukti lagi yang bisa memberatkan hukuman dari orang-orang yang terlibat dalam mal praktek dua tahun lalu dengan merekam pembicaraananya dengan sang direktur nanti.Setelah memantapkan hati, ia membuka pintu dan tersenyum saat bertemu pandang dengan Tuan Kim in Jung. "Ohh sana-ssi.. silahkan masuk" Kim in Jung segera bangkit dan mempersilahkan sana untuk mengambil duduk di sofa.
Sana mendudukkan diri dan tanpa sepengetahuan dari sang direktur sana telah menyalakan alat perekam suara yang ada di dalam genggamannya.
"Bagaimana kabarmu.. mengapa tiba-tiba datang tanpa memberitahu terlebih dahulu?" Tanya tuan Kim dengan sorot mata lembut seperti biasanya.
"Aku baik.. ada sesuatu yang ingin kutanyakan pada tuan" jawab sana pelan namun dibalik wajah tenangnya.
"Silahkan.. apa yang ingin kau tanyakan, nak?" Walau sempat terkejut dengan maksud kedatangan sana yang tiba-tiba namun Kim in Jung bisa menetralkan raut wajahnya dengan tetap bersikap lembut.
"Shin Yubin.. apa anda ingat perawat anastesi Shin Yubin?" Saat mengatakan itu jantung sana terus berdegup kencang menunggu respon apa yang bisa ia tangkap dari kedua matanya.
Telak! Raut wajah Kim in Jung yang tadinya terlihat tenang mendadak menegang dan langsung mematung diam membisu, dia bahkan hanya menatap kaget ke arah sana. Tidak menjawab atau mengelak, dari respon yang ditunjukan itu sana bisa dengan mudah memahami semua itu.
Dengan air mata yang memupuk di kelopak matanya sana tertawa sumbang "wuah.. rupanya anda juga terlibat dalam kasus itu".
"Bukan.. bukan seperti itu.. dengar nak aku benar-benar minta maaf... semuanya memang salahku demi Tuhan! aku pantas dihukum untuk itu"
"Maka membusuklah dipenjara dengan CEO brengs*ek itu!" cerca sana yang sudah kalut akan perasaan sakit hati sebab merasa dikhianati oleh orang yang paling dipercayainya, sosok gurunya, sosok yang bahkan ia anggap sebagai ayahnya.
Dalam tangisnya Kim in Jung hanya mengangguk pasrah. "Bagaimana bisa.. bagaimana bisa kalian tega melakukan itu pada anak kecil! Bagaimana bisa kalian tega melakukan itu pada anak yatim piatu! Apakah kalian tahu seberapa menderitanya aku ! Aku bahkan tidak bisa mendengarkan bunyi sirene atau mencium bau darah! Bagaimana bisa kalian tega.." sana terus meluapkan emosinya hingga sesegukan dan kesusahan saat melanjutkan perkataannya
"Apa.. apa alasanya?" Lanjutnya dengan nada lirih yang begitu memilukan hati bagi siapapun yang mendengar.
"Anak itu beserta adiknya yang sakit.. pihak panti tidak bisa membayar tagihan rumah sakit. Dan kebetulan rumah sakit kekurangan pendonor ginjal untuk anak-anak hingga beberapa oknum memutuskan untuk... Untuk melakukan suntik mati dan mengambil beberapa organ" pengakuan itu begitu pahit didengarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Meaning of My life [On Going]
Dla nastolatków"apa jadinya jika seorang dokter bedah fobia terhadap darah ?" yuk !! ikutin ceritanya #Rank 3 sajin (couple) 16/3/2022 #rank 1 sajin (couple) 10/6/2022