2. Kalau ditunda, nanti susah katanya

2.3K 117 1
                                    

Seminggu setelah kejadian gila yang hampir tidak pernah terbayangkan dalam pikiran Freya, sejatinya, perempuan itu sama sekali tidak bisa melupakannya dengan mudah. Padahal, dia sendiri yang berkata kepada Vandra untuk melupakan hal ini. Hanya saja, kenapa malah dia yang terjebak?

Kalau ditanya apakah dia takut? Jujur saja, iya. Freya takut jika apa yang mereka lakukan---lewat malam panas itu---akan menghasilkan sesuatu yang disebut orang-orang sebagai janin. Freya takut jika dirinya hamil karena itu. Walaupun sudah ratusan kali dalam seminggu belakangan ini, dia selalu saja menggumamkan kata-kata penyemangat seperti, 'apa pun yang terjadi, semuanya akan baik-baik saja dan kamu bisa melewatinya', tetapi sialannya dia masih saja tidak bisa tenang.

Freya bahkan sudah bertekad, kalaupun dia hamil---buah dari kebodohan yang dilakukannya bersama Vandra---maka dia akan mengurusnya sendiri. Dia tidak akan mencari Vandra untuk meminta pertanggungjawaban. Dia juga tidak akan pernah mengemis kepada Vandra untuk menikahinya.

Sebenarnya, titik masalahnya jelas ada pada diri Freya sendiri. Ya, Freya takut menikah. Freya tidak mau berkomitmen.

Freya selalu berpikir, menikah hanya akan menjebaknya ke dalam hubungan satu arah yang selalu orang-orang bayangkan akan berakhir bahagia. Freya masih dan akan selalu ingin menjalani kehidupan dengan caranya sendiri, pilihannya sendiri. Freya tidak mau terikat, apalagi dengan hanya satu laki-laki yang akan menghabiskan waktu selama-lamanya hingga ajal menjemput.

Ugh, sungguh. Demi apa pun, Freya tidak bisa membayangkan hal itu.

Freya mudah bosan. Dia bisa menyukai satu hal dengan cepat---bahkan dalam hitungan detik saja, tetapi seperti yang sudah-sudah, semuanya pasti akan berakhir dengan kesukaannya terhadap hal baru lainnya. Lalu setelahnya, hal yang 'pernah dia sukai' akan tenggelam begitu saja oleh yang baru. Maka dari itu jugalah, Freya menarik kesimpulan jika dirinya tidak akan bisa berkomitmen.

"Mbak Frey!"

Freya otomatis gelagapan. Apalagi saat tubuhnya terasa diguncang begitu saja oleh seseorang yang membuat perempuan itu langsung memasang wajah penuh tanda tanya. "Apa? Kenapa?" tanyanya kepada seorang gadis yang baru saja mengguncang tubuhnya tanpa dosa seperti tadi.

Gadis muda yang usianya tujuh tahun di bawah Freya itu mendengkus kecil. "Justru seharusnya aku yang tanya, Mbak Frey kenapa?"

Dahi Freya berkerut. "Kenapa?" Perempuan itu balik bertanya. "Memangnya, saya kenapa?"

"Mbak Frey dari tadi bengong," jawab gadis itu. Ia mengambil beberapa kue dari dalam etalase, lalu menatanya di atas nampan. "Mikirin apa sih, Mbak?"

Freya mengerjapkan matanya beberapa kali, kemudian menggeleng samar. "Enggak mikirin apa-apa," ujarnya. Ia kembali fokus terhadap adonan krim yang sedang dikerjakannya. Hanya krim sederhana untuk melapisi kue ulang tahun pesanan pelanggan, berupa campuran mentega putih, krimer kental manis, sedikit madu dan gula halus yang diberikan pasta vanilla secukupnya, agar aroma dan rasanya lebih enak. Lalu, semua bahan itu dikocok menggunakan mixer dengan kecepatan sedang sampai teksturnya lebih lembut dan mudah diaplikasikan ke kue.

"Bohong dosa lho, Mbak!" ujar gadis muda yang merupakan salah satu karyawan di toko kue dan kafe yang ia miliki. Yuna namanya. Gadis lulusan sekolah menengah atas itu sudah bekerja dengannya sejak kurang lebih dua tahun lalu, makanya dia terlihat lebih akrab dengan Freya seperti ini.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Yuna, seketika membuat Freya berdecak. Berdosa, ya? Haha, tidak tahu saja Yuna itu jika dirinya telah melakukan 'dosa' yang jauh lebih berat daripada berbohong. Akan tetapi, tentu saja Freya tidak perlu menceritakan hal itu, bukan? Apalagi kepada anak kecil seperti Yuna.

Terjebak Rayuan Cinta Ayahnya Anakku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang