29. Ketika waktu berlalu begitu cepat

1.1K 73 1
                                    

Dengan perasaan dongkol yang sampai ke ubun-ubun, benda pipih di tangannya itu dilempar begitu saja hingga berhamburan. Setengah frustrasi, didudukkannya kembali tubuhnya di atas kloset duduk yang tertutup.

Rambut panjang yang kini sudah berubah warna kembali menjadi hitam, diacak-acak dan dijambak cukup kuat beberapa kali hingga beberapa helai terlihat berjatuhan. Embusan napas kuat, terdengar bersamaan dengan wajah yang mulai memerah menahan tangis.

"Kenapa?" bisiknya lirih. "Kenapa belum ada juga?"

Selama dua tahun terakhir, ia sudah mencoba segala macam cara agar Tuhan kembali menitipkan sebuah nyawa dalam perutnya. Namun, selama itu pula yang dinanti-nantikan tak kunjung datang. Apakah Tuhan memang tidak mau lagi menitipkan memberikan titipan berupa nyawa itu kepadanya?

"Sayang, kamu di dalam?" Sebuah suara terdengar, diiringi dengan ketukan pada pintu kamar mandi yang diketuk berulang. "Freya, buka pintunya."

Freya, sosok yang sejak tadi berada dalam kamar mandi, akhirnya terpaksa bangkit. Membuka pintu dengan gerakan lesu, kemudian berjalan lunglai menuju tempat tidur. Ia memang tidak menangis, ah, tepatnya tidak jadi menangis. Akan tetapi, wajah kecewa dan penuh kesedihannya begitu kentara terlihat.

Hal itu jelas menjadi perhatian Vandra yang tadi mengetuk pintu agar sang istri keluar dari tempat yang selalu didatangi pagi-pagi sekali untuk memeriksa sesuatu.

Vandra mengembuskan napas panjang, kemudian memilih duduk dan merangkul tubuh sang istri dengan lembut. "It's okay, Sayang. Aku, kan, sudah sering bilang, biar itu jadi urusan Tuhan. Jangan khawatir begini, lah."

"Tapi ini udah dua tahun, Vandra." Perempuan yang kini usianya 29 tahun itu, merengek. Setengah frustrasi seraya melingkarkan tangannya pada pinggang sang suami. Membenamkan wajah yang terlihat begitu buruk karena menahan tangis, di dada bidang milik Vandra, sementara pucuk kepala diusap lembut oleh suaminya itu.

Vandra mendengkus. "Baru dua tahun, Sayang. Aku nggak masalah, kok, buat menunggu. Lagi pula, kita udah usaha, kan?"

Freya diam saja, rasanya sudah telanjur capek dengan segala rutinitas yang ia lakukan setiap pagi selama dua tahun terakhir. Ya, apalagi jika memeriksa menggunakan alat tes kehamilan, apakah dirinya sudah kembali mengandung atau tidak? Namun, kenyataannya Tuhan masih belum menitipkan malaikat itu di dalam perutnya.

Rasa-rasanya, Freya hampir gila dibuatnya. Ia takut gara-gara kegugurannya waktu itu, dirinya tak lagi dapat mengandung dan memberikan keturunan sama sekali. Terlebih lagi dari segi usia yang semakin hari semakin bertambah.

Freya ingat saat usianya masih 27 waktu itu, ada yang berkata jika kalau ditunda-tunda akan susah mendapat keturunan. Apalagi usianya sekarang yang semakin menua saja setiap tahunnya. Dalam posisi seperti ini, Freya benar-benar merasa takut.

Walaupun Vandra dan keluarga sebelah suaminya itu yang selalu ada mendukungnya. Akan tetapi, sangat tidak adil saja rasanya. Mereka sudah terlalu baik memperlakukan ia selama ini, sementara hingga sekarang, belum ada satu pun balasan yang ia berikan.

Di saat sedang berada dalam posisi sekarang, Freya tiba-tiba jadi berandai-andai. Coba saja kejadian bodoh waktu itu tak pernah terjadi. Pasti ia tidak akan kehilangan bayinya dan Vandra. Jujur saja, Freya menyesal kenapa ia tak bisa menjaga hadiah yang diberikan oleh Tuhan? Mungkin saja karena hal itu pula, makanya hingga detik ini, Tuhan belum memberikan gantinya kembali.

Bukan sekali dua kali Freya kedapatan tengah melamun. Bahkan para pegawai Frey's Cake and Bakery yang kini telah berganti nama menjadi Chocola-sweet, sudah kadung hafal dengan segala kebiasaan sang atasan.

Seperti Yuna dan Kiara, contohnya. Dua orang yang masih sangat betah bekerja di toko kue milik Freya itu, sudah seringkali mengingatkan sang atasan untuk berhenti melamun. Namun, agaknya percuma. Benar, kalau Freya memang langsung berhenti setelah diingatkan. Lalu setelahnya, sama saja begitu lagi.

Terjebak Rayuan Cinta Ayahnya Anakku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang