21. Fudgy brownies dan sebuah pesan

792 79 0
                                    

"Mbak Frey, ada pesanan kue ulang tahun untuk dua hari dari sekarang. Detailnya udah saya kirim lewat chat."

Freya yang baru saja selesai mencuci tangannya---bersiap untuk membuat kue seperti hari-hari biasanya---dibuat mengangguk. "Siap," jawabnya. "Ada lagi yang lain, Kia?"

Kiara, salah satu karyawan yang bekerja di toko kue milik Freya itu menggeleng kecil, tetapi kemudian terlihat berpikir. "Eh, kayaknya ada. Oh iya, salah satu pelanggan tetap yang sering mampir ke kafe, katanya request soft cookie dua box. Katanya, mau buat stok di rumah."

Dahi Freya berkerut kala mengingat-ingat, siapa kiranya pelanggan yang dimaksud oleh Kiara. "Siapa?" tanyanya.

"Itu lho, Mbak. Lea sama pacarnya, Malvin. Mereka, kan, sering ke kafe buat pacaran." Kiara menjawab sambil mengambil beberapa alat yang akan digunakan untuk membuat adonan kue dari rak bawah.

"Oh ... Lea." Freya mengangguk-angguk. "Dia pesan ke nomor toko apa langsung pesan ke kamu, Ki?"

"Langsung, Mbak. Sebelum Mbak dateng, tadi dia udah ke sini. Pas banget toko baru buka." Kiara juga menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan oleh sang atasan yang katanya ingin membuat fudgy brownies hari ini. "Udah saya catat di tab toko juga, Mbak, lengkap sama detail pesanannya."

Freya mengangguk-angguk lagi, lantas mengucapkan terima kasih kepada Kiara. Karyawannya itu sendiri memilih mengerjakan adonan roti yang akan dipajang di etalase nantinya, setelah membantu Freya menyiapkan bahan-bahan yang ia perlukan.

Frey's Cake and Bakery sendiri memang menyediakan kue-kue dan roti yang diproduksi juga dijual di hari yang sama. Fresh from the oven, begitulah kiranya.

Biasanya, kue-kue dan roti yang akan dijual, dibuat sekitar dua sampai tiga jam sebelum toko buka. Freya sendiri selalu membuka toko di jam sembilan pagi. Ia mengamanatkan kuncinya pada dua karyawan kepercayaannya. Kalau bukan Yuna, pasti Kiara. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan juga jika terkadang, ia menitipkannya kepada karyawan yang lain. Intinya, pemegang kunci adalah orang yang pulang paling akhir setelah toko tutup.

Toko kue milik Freya tidak memiliki karyawan laki-laki. Freya sendiri yang berkata jika dirinya hanya menerima karyawan perempuan yang berhenti sekolah atau memang memiliki niat melanjutkan sekolah sambil bekerja. Selama pekerjaannya tidak mengganggu pendidikan dan juga sebaliknya, maka Freya akan dengan senang hati menerima calon pelamar.

Seperti contohnya Kiara. Gadis 22 tahun itu bekerja sambil kuliah. Ia juga seperti Yuna yang mulai bekerja di toko kue milik Freya saat F&CB ini baru saja dibangun. Sementara Yuna sendiri, gadis itu memilih untuk bekerja setelah lulus SMA dan katanya ingin berkuliah kalau sudah punya niat saja.

Freya memasukkan satu-persatu bahan yang akan ia gunakan untuk membuat fudgy brownies, ke mangkuk besar. Namun sebelum membuat adonan, terlebih dahulu ia melelehkan 150 gram dark chocolate, 40 mililiter minyak goreng, juga margarin serta mentega, masing-masing sebanyak 25 gram.

Setelah melelehkan cokelat dan bahan-bahan tadi, Freya mencampur dua butir telur dengan 140 gram gula halus di mangkuk terpisah. Gulanya sendiri, sengaja ia buat menggunakan gula pasir yang dihaluskan, agar hasil jadi kuenya sesuai dengan apa yang diinginkan. Setelah gula larut dan tercampur sempurna dengan telur, barulah ia memasukkan lelehan cokelat, mentega, margarin dan minyak tadi. Mengaduknya hingga tercampur sempurna.

Bahan kering seperti 100 gram tepung terigu dan 75 gram cokelat bubuk, diayak. Lalu setelahnya, dicampurkan sedikit demi sedikit ke dalam adonan basah yang sudah dibuat sebelumnya. Percayalah, bagian ini menjadi bagian paling favorit bagi Freya. Karena menurutnya, ia seolah-olah kembali terlempar ke masa kecil, saat dirinya bermain masak-masakan dengan tanah.

Ketika dirasa semuanya sudah tercampur rata, adonan tadi Freya masukkan ke loyang yang sudah dialasi dengan baking paper. Freya juga tak lupa memberikan topping berupa almond slices, chocochips dan parutan keju di atasnya, lalu dipanggang pada suhu 150 derajat celsius, selama kurang lebih 35 hingga 40 menit.

Sambil menunggu, Freya memutuskan untuk mendudukkan diri sejenak, kala pinggangnya terasa pegal. Entah ini sudah menjadi kebiasaanya atau bagaimana, Freya terkadang lupa jika dirinya sedang mengandung saat ini. Ia menghela napas berat, seraya mengusap perutnya dengan gerakan lembut.

Omong-omong, hampir semua pegawai toko dan kafenya sudah mengetahui perihal dirinya yang sedang mengandung. Itu pun mendadak. Lagi pula, tidak ada yang bisa disembunyikan lagi, bukan? Terutama dengan bertambahnya hari, maka perutnya pun akan semakin terlihat.

Tidak semua pegawainya diundang saat ia menikah dengan Vandra sebulan lalu. Hanya Yuna, Kiara dan Dwina, salah satu pegawai kafenya yang datang. Bukan tanpa alasan, hanya Freya saja yang tidak mau terlalu ramai. Cukup dari pihak keluarga Vandra saja yang datangnya keroyokan. Dari sebelahnya, cukup segelintir orang-orang saja. Katakanlah jika Freya ingin pernikahannya digelar dengan cara tertutup.

Setidaknya, Freya bersyukur saat tidak ada satu pun karyawaannya yang berbicara hal buruk, terutama tentang kehamilannya yang terjadi sebelum pernikahan itu. Entah karena memang segan atau takut dikeluarkan dari pekerjaan, Freya tidak peduli. Selama ia masih merasa bisa hidup dengan tenang di lingkungan ternyamannya---toko dengan segala aroma kue manis yang menguar di udara---maka ia merasa aman.

"Mbak Frey."

Salah seorang karyawannya yang bekerja di kafe, menghampirinya yang tengah duduk bersandar sambil memainkan ponsel. Dwina ternyata yang datang. Perempuan hamil itu segera menegakkan punggung, seraya berdeham pelan. "Ada apa, Dwi?" tanyanya.

"Beberapa stok bahan buat di kafe sudah mulai menipis, Mbak," jawab Dwina sambil menyerahkan buku catatan di tangannya. "Akhir-akhir ini, kafe lumayan ramai, Mbak. Jadinya, stok buat bulan ini hampir habis, padahal masih pertengahan."

Freya mengangguk-angguk. "Semua yang hampir habis, sudah dicatat?" tanyanya yang langsung dihadiahi anggukan kecil oleh Dwina. "Ingatkan saya untuk menghubungi pemasok, ya."

Setelahnya, Dwina memutuskan untuk kembali ke kafe yang letaknya tepat di sebelah toko.

Sepeninggal Dwina, Freya kembali menyandarkan punggungnya pada salah satu kursi yang berada di dapur. Niatnya, ia akan membuat beberapa loyang fudgy brownies lagi, tetapi ternyata punggungnya keburu tidak kuat. Letih juga berdiri lama-lama dalam kondisi seperti ini, pikirnya.

Maka dari itu, setelah fudgy brownies buatannya matang 40 menit kemudian, Freya memilih segera mengeluarkannya dari oven. Meletakkannya di cooling rack, sambil mencari kotak packaging yang biasa ia gunakan untuk membuat hamper. Tidak tahu kenapa, tiba-tiba saja dia jadi mengingat ayah dari bayinya.

Siapa lagi kalau bukan Vandra?

Walaupun beberapa waktu lalu, Vandra mengatakan kalau ia menginginkan cheesecake buatannya, tetapi tidak apa bukan, jika Freya menggantinya dengan jenis kue yang lain? Dia tidak tahu, apakah nanti Vandra akan menyukainya atau tidak. Dia juga tidak mengerti kenapa bisa tiba-tiba saja mengingat Vandra.

Makanya ia berinisiatif untuk membawa kue buatannya itu pulang ke rumah, nantinya.

Hari masih siang, omong-omong, tetapi Freya pada akhirnya memutuskan untuk pulang lebih awal. Ia ingin beristirahat di rumah karena jujur saja, tubuhnya terasa jauh lebih lelah hari ini.

Setelah kue buatannya dingin dan dimasukkan ke box-nya, Freya segera menghampiri Kiara dan mengatakan jika dirinya akan pulang lebih awal. Ia juga menitipkan beberapa pesanan pelanggan kepada para karyawannya. Kiara yang mengerti kondisi sang atasan pun memilih mengiyakan. Toh, jika toko membutuhkan sesuatu, ia bisa mendiskusikannya bersama Freya lewat sambungan telepon.

Freya tidak tahu apakah ini sebuah kebetulan atau bukan. Karena saat ia melangkah menuju mobil toko yang ia gunakan untuk pulang, sebuah pesan masuk dari Vandra mengatakan jika dirinya akan pulang ke rumah lebih awal.

Senyum tipis seketika tersungging di bibirnya, tanpa alasan yang jelas. Freya bahkan tidak sadar jika dirinya menjadi seekspresif ini hanya karena mendapatkan pesan dari Vandra. Sangat bukan Freya sekali.

"Gabut banget nggak ya, gue, tiba-tiba bawa kue dari toko gini buat dia?"

+¿×?+

Terjebak Rayuan Cinta Ayahnya Anakku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang