Chapter 11

4.2K 335 31
                                    

Miranda memandang sofa bekas percintaan Steve dan Kathrine dengan hati hancur berkeping-keping. Air mata nya terus saja berjatuhan tanpa bisa ia cegah. Apakah ini adalah mimpi belakang? Ia tidak mungkin melihat percintaan Steve dengan wanita lain. Steve memang pria dingin tetapi dia tidak brengsek. Itu yang ada di pikiran nya selama ini.

"Steve.." lirih nya menatap kearah tangga karena tadi Steve dan Kathrine berjalan kearah sana. Dirinya menebak mereka melanjutkan percintaan di kamar. Miranda membekap mulutnya menahan suara tangisan nya agar tidak di dengar orang lain.

Hatinya luar biasa sakitnya melihat itu semua di depan mata nya sendiri. Tak ingin ketahuan ada di sini dirinya segera keluar dari rumah itu. Dirinya berlari se kencang-kencang nya menuju gerbang. Sesampai nya di sana Miranda meminta satpam membuka gerbang. Satpam itu bingung melihat Miranda menangis tetapi ia tetap membuka nya. Setelah itu Miranda kembali berlari kencang lalu tak lama dirinya berteriak keras.

"Kenapa sakit sekali Tuhan! Kenapa?!" teriak nya jatuh tertunduk di aspal. Tubuhnya bergetar hebat mengingat kejadian tadi. Langsung saja ia menutup telinga nya agar suara menyakitkan itu segera hilang tetapi tidak bisa. Suara mereka terus saja terdengar di telinga nya.

******

2 Hari berlalu setelah kejadian itu Miranda tidak pernah menelpon Steve atau menemui nya. Dirinya hanya fokus bekerja dan bekerja meski hatinya sangat sakit tetapi ia berusaha menutupi nya. Seperti hari ini ia harus memilih gaun pengantin karena 2 minggu lagi ia dan Steve akan melangsungkan pernikahan.

Miranda tidak bisa membatalkan pernikahan ini karena sadar bahwa dirinyalah yang menbutuhkan Steve bukan Steve yang membutuhkan nya. Jadi, kalau ia membatalkan pernikahan ini hanya keluarganya yang merugi tidak dengan Steve. Dirinya akan mengorbankan hidupnya demi Daddy dan perusahaan nya seperti hal nya Ester yang selalu mengorbankan apapun di Daddy dan perusahaan nya.

Saat sedang melamun notifikasi ponselnya menyala dan saat melihatnya Steve mengirim pesan.

Aku sudah di bawah.

Setelah melihat itu ia langsung keluar menemani Steve. Tak berapa akhirnya ia sampai dan melihat mobil milik Steve. Miranda diam sejenak sebelum mendekati mobil itu. Dirinya menguatkan hatinya bertemu dengan Steve setelah kejadian beberapa hari lalu.

"Aku pasti bisa. Ya, pasti bisa." gumam nya. Setelah di rasa cukup tenang Miranda langsung mendekati mobil Steve dan masuk ke dalam.

"Hai. Maaf membuatmu menunggu." sapa Miranda memaksakan senyuman nya.

Tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tenang. Tenang. Aku pasti bisa..

"Hm." hanya yang keluar dari mulut Steve dan tak lupa juga memasang wajah datar nya lalu setelah itu Steve melajukan mobilnya.

Miranda tersenyum getir karena ia menyadari betapa tidak suka nya Steve kepada nya. Selama ini Steve selalu saja bersikap dingin kepada nya. Steve juga jarang mengajaknya mengobrol, selalu dirinya lah yang mengajak mengobrol Steve entah dari dulu sampai sekarang dan itu semakin membuat hatinya sakit.

The Jerk CEO [MATEO#2] (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang