Steve sudah sampai di rumah keluarga Kathrine dengan kacamata hitam nya agar orang lain tidak melihat bahwa ia tidak ada kesedihan atau iba di dalam hatinya karena Steve tidak peduli dengan Kathrine justru ia sangat benci kepada wanita itu karena berani membohongi nya sampai akhirnya Miranda pergi meninggalkan nya karena kebohongan Kathrine.
Steve melihat keluarga nya yang berdiri di samping keluarga Kathrine. Ia berjalan ke sana. Orang yang pertama menyadari keberadaan Steve adalah Kenan yang langsung menyapa nya.
"Kau sudah datang. Daritadi kami menunggu mu." ujar Kenan dan Steve hanya mengangguk.
Ia berdiri di samping keluarganya sampai ia melihat Javi yang berjalan mendekati Jenazah Kathrine. Steve memperhatikan mata sembab dan wajah kesedihan Javi. Sekarang ia merasa kasian kepada pria itu karena di tinggal orang yang di cintai nya.
"Dia sudah tenang di sana." Steve mendekati Javi sambil menepuk bahu nya. Javi menoleh kearah Steve dan mengangguk getir.
"Ya, aku harap begitu." sahutnya lemah.
"Bayi kalian di mana?" tanya nya meski ia benci Kathrine dan tidak suka kepada Javi saingan bisnis nya akan tetapi ia tidak membenci bayi mengemaskan itu.
"Dia sedang bersama Ester. Dari tadi dia menangis terus menerus sampai akhirnya Ester mengendong nya dan dia berhenti menangis." jawab Javi. Steve mengangguk. Setelah itu mereka menuju pemakaman. Semua Keluarga histeris karena masih tidak menyangka Kathrine sudah pergi begitu cepat.
Setelah acara pemakaman selesai Steve akan pamit pergi tetapi sebelum itu ia melihat Ester yang mengendong bayi Javi. Seketika ia terdiam karena ingin melihat bayi itu. Sudah lama sekali ia tidak melihatnya dan sekarang bayi itu tumbuh menjadi lebih gemuk dengan pipi yang mengemaskan.
"Halo, Nicole." Steve menatap bayi itu dengan takjub karena bayi cantik itu tersenyum kearahnya.
"Sepertinya dia menyukaimu, Steve." ujar Ester tertawa. Steve ikut tertawa mendengarnya.
"Mungkin dia mengetahui bahwa saat dia masih di dalam kandungan aku yang selalu membelikan apapun saat ibu nya mengidam sesuatu." jawab Steve kembali tertawa. Ia masih mengingat saat malam-malam Kathrine mengidam dan ia segera membelikan makanan untuk wanita itu. Steve membayangkan bagaimana kalau Miranda yang ada di posisi itu? Miranda mengandung anaknya dan meminta nya membelikan sesuatu di dalam hari.
Terlihat menyenangkan.
"Terdengar seperti suami siaga." ujar Ester terdengar seperti sindiran. Steve tak memperpanjang nya karena apa yang Ester katakan benar. Dirinya seperti suami siaga untuk Kathrine padahal istrinya itu Miranda.
"Kau juga, seperti istri yang menjaga anaknya." kata Steve membuat Ester terbatuk.
"Hei! Aku hanya menjaga nya di saat Daddy nya sedang bersedih. Tidak lebih." sahut Ester cepat. Steve terkekeh mendengarnya.
"Benarkah? Tapi di saat dia menelpon mu malam itu kau langsung datang tanpa pikir panjang." perkataan Steve membuat Ester salah tingkah. Bayangan malam itu berkelebat di ingatan nya. Malam yang menghancurkan semua nya.
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya seseorang dari belakang Ester. Javi mendekati mereka dengan tatapan penasaran nya.
"Tidak ada. Kami hanya mengobrol kecil." jawab Steve tetapi Javi seakan tidak percaya lalu menoleh kearah Ester.
"Apa yang dia katakan benar. Kami hanya mengobrol saja. Apa kau sudah baikan? Aku harus pulang." tanya Ester kepada Javi.
"Ya, terima kasih sudah menemani Nicole."
*****
Steve akan masuk ke mobilnya tetapi kedua mata nya melihat Kenan berbicara dengan seseorang tanpa pikir panjang Steve langsung berjalan dengan langkah lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Jerk CEO [MATEO#2] (Complete)
Short StoryNovel Romance #MateoFamily Steve Frederick Mateo siapa yang tidak mengenal nya. Putra pertama dari pasangan Emily dan Victor Frederick Mateo. Steve memiliki sifat dingin dan tak banyak bicara di kalangan para pebisnis. Para wanita bertekuk lutut di...