20. Interview

21 5 24
                                    

🗣️❤️👩🏻‍💻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🗣️❤️👩🏻‍💻

Jumat adalah hari yang selalu kutunggu-tunggu. Selain karena besoknya libur, hari Jumat juga memiliki nilai tambahan sebab mata pelajaran di hari ini tidak dipenuhi angka dan hal-hal berbau MIPA saja.

Sekarang, aku sedang mempelajari sejarah masuknya agama Hindu Buddha di Indonesia. Ketika guru Sejarahku sedang membahas soal kasta-kasta yang berkembang di kalangan umat Hindu, ketukan pada pintu kelas terdengar.

Semua mata segera memandang ke arah pintu, karena penasaran siapa yang mengetuk. Setelah guru yang sedang mengajar kelasku mengangguk memberi tanda bahwa si pengetuk boleh masuk, tampaklah sosok pria berumur sekitar tiga puluh tahun menggunakan kacamata berbentuk persegi berwarna hitam.

Para murid jelas mengenal pria itu. Dia adalah wakil kesiswaan dan juga guru Biologi khusus kelas 12 yang kerap disapa dengan panggilan Pak Tama. Melihat yang datang adalah Pak Tama, guru Sejarahku segera menghampirinya.

Mereka sempat berbicara dengan suara kecil sejenak, lalu tak lama Pak Tama bersuara dengan lantang. "Bagi anak-anak yang mendaftar menjadi anggota OSIS, silakan keluar untuk melaksanakan wawancara."

Rasa tidak siap, terkejut, dan gugup melingkupiku. Kenapa aku nggak tahu kalau ada wawancara? Tidak ada angin atau hujan, tiba-tiba aku harus melaksanakan wawancara yang menentukan apakah aku akan diterima ke dalam OSIS atau tidak. Belum lagi ini adalah peluangku berada di organisasi yang sama dengan Kak Ash.

"Lean, lu daftar OSIS juga, 'kan?" Pertanyaan dari Tata menyadarkanku, aku mengangguk. Perlahan siswa-siswi di kelasku mulai keluar satu per sat, begitu juga denganku.

Sebelum menjauh dari kelas, tampak murid-murid yang tersisa di kelasku sekitar sepuluh orang. Ngeri langsung tampak di wajahku. Saingan untuk menjadi anggota OSIS dari kelasku saja sudah banyak sekali, apalagi dari kelas lain!

Kami langsung dikumpulkan di koridor dekat dengan ruang OSIS dan diinstruksikan untuk menunggu di sini sampai nama kami dipanggil.

Tubuhku langsung bergabung dengan para murid perempuan kelasku yang sedang membentuk lingkaran dan berdiskusi. "Kata anak IPS tadi, pertanyaan wawancaranya seputar hobi, nilai mata pelajaran yang kurang, kelebihan dan kekurangan masing-masing, terus ditanya berapa persen yakin diterima jadi anggota OSIS," ujar seorang gadis berambut hitam yang memakai kacamata dengan corak polkadot.

Bocoran informasi seperti ini memang sangat menguntungkan. Aku dapat bersiap setelah mengetahui kira-kira apa yang akan ditanya.

Perlahan-lahan, murid di kelasku mulai dipanggil, sekitar tiga orang masuk sekaligus. Dugaanku, ada tiga orang yang mewawancarai kami. Ketika ketiga murid itu keluar, dikatakan bahwa yang mewawancarai adalah dua kakak kelas laki-laki dan satu guru laki-laki.

Sang ketua OSIS, wakil ketua OSIS, dan guru BK kamilah yang akan mewawancarai para pendaftar. Di saat itulah, aku melihat Kak Ash keluar dari ruang OSIS dan berjalan menjauh. Dalam hati, aku berteriak dengan girang. Melihat penampakan Kak Ash di sini membangkitkan semangatku agar tidak gagal dalam wawancara ini.

The Rumor TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang