15 - AF

1.9K 115 8
                                    

Aku melangkah masuk ke dalam rumah dengan perasaan bahagia. Nyatanya, Alvan punya sisi yang manis. Aku semakin jatuh hati padanya, tanpa sadar tersenyum lebar, dan senyuman itu tak luput dari perhatian bunda yang tengah sibuk membawa secangkir kopi untuk ayahku.

"Anak bunda kenapa nih? Kok dari tadi senyum-senyum sendiri," ucap bunda sambil menaruh secangkir kopi untuk ayah.

"Ayah!"

Seketika, aku berlari menghampiri ayah, kerinduan yang begitu mendalam padanya memenuhi hatiku. Aku duduk dengan cepat, memeluknya erat dari samping. Ayah hanya tersenyum melihat tingkah kocakku.

"Kenapa teriak-teriak malam-malam begini?" katanya sambil lembut mengusap rambutku."

Dengan senyum andalanku, aku hanya bisa memberikan senyuman itu pada ayah, yang kemudian membalasnya dengan senyuman lebar. Meskipun aku sangat merindukan kehadiran ayah, bunda yang sejak tadi memperhatikan interaksi kami hanya bisa menggelengkan kepala pelan.

"Kapan Ayah pulang? Kok enggak kasih tahu Ana? Kalau Ana tahu ayah mau pulang, Ana enggak akan pergi," ucapku dengan nada merajuk."

"Ayah pulang jam tujuh malam tadi, dan kata bunda, kamu lagi keluar cari jajanan," ujarn ayah sambil terus mengusap rambutku.

"Bunda, jangan cemburu ya. Suaminya mau Ana pinjam sebentar," godaku, disambut tawa hangat dari ayah.

"Auva, tadi bunda bertanya, kenapa senyum-senyum sendirian?"

"Anak ayah habis jalan sama pacarnya, ya?" goda Ayah.

Apa-apaan ini, ayah dan bunda suka sekali menggoda anaknya. Ayah baru pulang dari tugas, kenapa malah ikut-ikutan. Saatnya aku kabur dari dua orang dewasa ini, sebelum semakin digoda oleh mereka.

"Apa sih, Ana enggak punya pacar. Senyum aja karena tadi abis lihat video Yoongi, Ayah, Bunda," jelasku.

"Yoongi siapa, Nak?" tanya Ayahku.

"Itu Mas, pacar halunya anakmu."

"Ish, Bunda, udah deh, Ana mau masuk kamar. Daripada terus digoda di sini." Aku bangkit dari duduk, memberikan kecupan di pipi ayah dan bunda.

"Selamat malam."

"Malam, Sayang."

Aku melangkah menuju kamarku yang pintunya berwarna putih, melepas cardigan, dan menggantungkannya di hanger yang ada di pojok kamar.

Mematuhi saran Alvan, aku juga tak lupa mencuci muka. Terbaring di kasur, teringat interaksi tadi dengan Alvan yang membuat senyuman tetap melekat di wajahku.

Saat dia tersenyum, gummy smile-nya terlihat sangat manis. Pipinya tampak lebih berisi ketika bibirnya membentuk senyuman. Aku menjadi candu untuk melihat senyumannya.

Ponsel aku bergetar dengan nada dering instrumen ala KPop lagi. Siapa yang menelepon aku di malam hari seperti ini? Aku pun merogoh saku celana dan melihat siapa yang menelepon.

Mataku terbelalak. Ini sungguh? Alvan menelepon. Apakah dia sudah sampai di rumah? Begitu cepat. Aku mengubah posisi menjadi tengkurap sambil mengangkat teleponnya.

"Halo?"

"Ngapain?"

"Rebahan, kenapa Al?"

"Gua mau request, roti bakar besok pagi."

"Idih, enteng banget lo suruh gua gitu?" kesalku.

"Oke, besok di sekolah gua tunggu ya."

"Selamat malam."

ABOUT FEELINGS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang