15. Seorang Pangeran

926 106 39
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

'Tetaplah hidup, Giselle

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Tetaplah hidup, Giselle....'
'Tetaplah hidup, Giselle....'

Suara itu kembali bergema di kepala Giselle yang membuatnya segera ingin membuka mata. Perlahan tapi pasti, sang hawa akhirnya dapat melihat langit-langit kamar yang berwarna putih. Ia mengerjap beberapa kali, lalu mencoba untuk mendudukkan diri.

Untuk sesaat, Giselle mengedarkan pandangan. Ia mengernyit tatkala menemukan bahwa dirinya kini berada dalam kamar yang berukuran sangat besar, mungkin lima kali dari kamarnya di Arkala. Tempat tidur berukuran King, selimut yang nyaman, sofa-sofa empuk, lemari lebar, cermin, lemari buku, bahkan sebuah piano pun diletakkan di ruangan tersebut. Hah, apakah ia sedang bermimpi?

Seingat Giselle, saat Pangeran Jace menyuruhnya untuk menunggu di luar ruangan besar itu, penglihatannya tiba-tiba saja menggelap. Setelah itu, ia tak merasakan apapun lagi.

Tapi, bagaimana mungkin seorang tahanan seperti dirinya berakhir di kamar semewah ini?
Bukankah seharusnya ia dikembalikan ke penjara?

Giselle kembali menatap dirinya yang sebelumnya telah diberi selimut. Pakaian lusuh nan kotor itu masih melekat di tubuh sang hawa, namun ia sudah diletakkan di tempat tidur. Giselle sedikit meringis melihat sprei berwarna tosca itu memunculkan noda-noda akibat dirinya yang terbaring di sana.

Cklek...

Pintu kamar yang terletak jauh di ujung sana pun terbuka, membuat Giselle menghempas selimut dan berusaha untuk berdiri. Ia merasa bahwa kedua tungkainya mampu menopang tubuh, sehingga berdiri bukan menjadi masalah lagi. Namun, ketika Giselle telah berdiri di samping tempat tidur, seorang pemuda berlari ke arahnya dengan air wajah panik.

"Hei, bagaimana keadaanmu? Masih sakit?" tanya Hayden seraya memegang kedua lengan Giselle.

Melihat Hayden yang datang dengan tergesa-gesa, Giselle hanya tersenyum tipis. "Ti-tidak, Tuan."

"Kalau begitu, kembalilah beristirahat!"

Giselle menggeleng. "Tuan, tubuh dan pakaian saya sangat kotor. Sangat disayangkan jika saya harus membaringkan diri di tempat tidur sebersih ini."

21 Days [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang