35. Akhirnya Kembali

552 76 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Dalam keadaan panik yang mendera, Giselle kembali berlari menuju dapur, lalu mengedarkan pandangan. Semula, ia tak menemukan alat yang ia cari di atas meja atau senjata tajam yang dapat seketika dijangkau oleh mata. Akan tetapi, setelah membuka satu per satu laci kecil, Giselle akhirnya menemukan sebuah pistol. Sayangnya, pistol tersebut tanpa amunisi sama sekali.

Tetap tenang, Giselle, batin sang hawa.

Giselle berdiam diri sebentar dengan menumpu pada dua tangan di atas meja. Perempuan itu ingat bahwa Mark pernah memberikannya sepucuk pistol yang ia letakkan dalam tas. Awalnya, Giselle ragu jika senjata itu masih ada, mengingat tas itu telah berpindah tangan beberapa kali dan sang hawa belum sempat untuk memeriksanya lagi. Giselle pun mulai melangkahkan kaki menuju kamar untuk memastikan hal tersebut.

Dan ternyata pemikiran Giselle tidaklah tepat. Sebab, pistol tersebut masih ada di sana lengkap dengan amunisinya. Tanpa berpikir panjang, perempuan itu berlari menuju tangga.

DOR...
DOR...

Tembakan demi tembakan Giselle lesatkan, meskipun beberapa kali ia jatuh terduduk karena mendengar suara yang terlampau keras ketika amunisi tersebut terlontar. Tetapi, ini tidak menghentikan langkah Giselle begitu saja.

Setelah amunisi habis, Giselle menatap pintu yang telah memiliki beberapa bolongan kecil. Dengan langkah cepat, ia bergerak kembali menuju kamar Mark dan mengacaknya tanpa ampun. Dan benar saja, Giselle berhasil menemukan peluru tambahan di dalam lemari pemuda itu. Setelah memasang amunisi yang ternyata cocok dengan senjata yang Giselle genggam, ia kembali berlari dan menembakkan ke pintu untuk kesekian kalinya.

Peluh bahkan telah membanjiri kening Giselle, namun tampaknya sang gadis tak akan menyerah hanya karena ini.

Bolak-balik menuju dapur, mengambil kursi kayu dan mendobrak pintu berulang kali dengan kursi tersebut hingga kaki kursi tersebut patah.

BRAK...

Pintu akhirnya jatuh bebas dan terbuka lebar, memperlihatkan sinar matahari yang begitu menyilaukan indra penglihatan Giselle. Refleks, gadis itu mengangkat lengannya untuk menghalau cahaya.

Sekali lagi, Giselle turun ke kamarnya untuk mengambil seluruh barang, termasuk memakai mantel pemberian Pangeran Hayden. Tak lupa pula, Giselle melingkarkan selendang yang entah milik siapa berada di dalam tasnya, selendang merah marun dengan motif bunga-bunga. Dari aromanya, Giselle seketika dapat merasakan adanya sentuhkan Pangeran Hayden pada selendang itu. Ya, dia yakin jika ini adalah pengharum tubuh sang pangeran.

Sebelum melangkah keluar, Giselle menggenggam erat selendang tersebut seraya memejam dan menghirup aromanya kuat-kuat.

Dengan langkah mantap, Giselle meninggalkan basement dan rumah itu tanpa menoleh sedikit pun. Di ujung jalan, ia kemudian menghentikan taksi, lalu bergerak menuju pelabuhan.

21 Days [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang