Sesampainya di istana suasana tidak jauh berbeda. Aku pun melakukan serangakaian upacara adat pernikahan yang khusus dilakukan oleh mempelai wanita tanpa dihadiri mempelai pria. Aku pernah membaca terkait hal ini dalam buku sejarah dan tidak pernah terpikir untuk benar-benar mengalaminya sendiri.
Setelah melalui upacara yang cukup melelahkan itu aku di antar ke dalam kamar yang cukup luas oleh beberapa dayang. Di beberapa sudut kamar ini dinyalakan beberapa lilin dan aku bisa mencium aroma lembut ketika memasuki ruangan ini.
"Silahkan duduk Yang Mulia, Yang Mulia Raja akan segera datang"
Wanita yang berdiri paling depan memanduku menuju kursi dan disusul dengan beberapa orang yang menyajikan makanan ringan di atas meja. Setelah itu mereka keluar dan meninggalkanku sendirian di ruangan sunyi ini.
Sejujurnya aku sedikit takut sekarang, karena bagaimana pun sekarang aku sudah menjadi istri orang. Banyak sekali pikiran-pikiran aneh muncul di otakku.
"Yang Mulia Raja tibaa"
Dayang di depan pintu mengumumkan kedatang orang yang berstatus suamiku dan pintu langsung terbuka lebar. Aku tidak berani menatapnya, tapi aku berdiri untuk menyambut kedatangannya sebagai bentuk tata krama. Aku bisa mendengar ia menyuruh semua orang menjauh dari ruangan ini.
Jantung semakin berdegup kencang ketika ia berjalan mendekat. Setelah ia berdiri di hadapanku, aku memberikan salam penghormatan padanya.
"Angkat wajahmu, aku ingin melihat lebih jelas kecantikanmu yang bisa membuat seisi istana ribut hanya dalam satu hari."
Dia mengangkat wajahku hingga sekarang aku bertatapan dengan iris hitam legam indah itu. Aku terpukau dengan pahatan sempurna yang berdiri di hadapanku. Tangannya yang dingin memberikan sensasi tersendiri ketika bersentuhan dengan kulitku.
"Penglihatanku memang tidak pernah salah"
Dia tiba-tiba menarikku ke dalam pelukannya dan otomatis aku bertubrukan langsung dengan dada bidangnya. Saat sedekat ini aku sadar bahwa tubuhku sangat kecil jika dibandingkan dengannya.
Tangannya menyingkap anak rambut yang turun di dahiku. Sungguh lembut. Entah kenapa aku tidak bisa melawan perlakuannya. Tidak ada jarak sama sekali di antara kami. Tangannya terus turun membelai punggungku dan berakhir di bokongku. Dia terus meraba bokongku seakan menebak ekor apa yang terpasang di balik lapisan baju ini.
"Aku penasaran ekor apa yang digunakan istriku" suara beratnya menggelitik telingaku.
"Nnhh"
Aku tidak siap ketika dia menekan ekor itu jail.
"Aku akan membantumu melepas riasan rumit ini"
Dia menuntun dan mendudukkan ku di depan meja rias yang ada di samping kasur besar yang tertutup tirai merah. Aku sedikit takjub dengan bagaimana ia memperlakukan ku dengan sangat lembut dan sangat hati-hati. Aku hanya bisa memperhatikan sosoknya yang serius itu melalui cermin di depanku.
"Apa aku sangat menawan hingga kau tidak bisa melepaskan pandanganmu?"
Sejak kapan dia sudah selesai melepas semua perhiasan di tubuhku. Dia terkekeh melihat reaksi kagetku. Jarak wajah kami sangat dekat. Aku bisa melihat semakin jelas hidungnya yang tajam. Dia semakin menghapus jarak di antara kami.
Bisa kurasakan bibirnya menempel pada bibirku. Aku tidak pernah berciuman sebelumnya jadi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.
"Buka bibirmu sayang"
Dia membisikkan itu tanpa menjauhkan bibirnya. Aku hanya bisa mengikuti perkataannya. Seperti mendapat izin, dia langsung menghisap bibirku lembut. Ia sangat sabar mengendalikan ciuman ini hingga aku bisa mulai membalas ciumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOOT [Random]
Novela Juvenil🔞Kumpulan cerita oneshoot, bisa jadi lebih🔞 . . . Happy reading..